08 April 2007

Mengapa Yesus Mengatakan Akan Menampakkan Diri Di Galilea?

Menurut Kitab Suci, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya di Ruangan Atas - tempat di mana Ia merayakan Perjamuan Terakhir. Jika demikian, mengapa St. Matius Pengarang Injil menceritakan bahwa Yesus berkata, “Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea. Di sanalah mereka akan melihat Aku."? Memang Yesus juga menampakkan diri kepada para murid-Nya di Laut (atau danau) Galilea sesudahnya, tetapi ada suatu keterangan yang menarik mengapa Ia mengatakan demikian.
Sebagian orang menganggap Bukit Zaitun sebagai “Galilea Kecil”, karena dalam perjalanan ziarah tahunan ke Yerusalem, para peziarah dari Galilea biasa menginap di sana. Nama itu bahkan juga digunakan untuk menyebut sebuah rumah yang menyediakan ruangan bagi orang-orang Galilea untuk merayakan Paskah. Ruangan itulah yang digunakan Yesus pada Hari Kamis Putih.

Bagaimana Penerapan Tanggal Paskah?

Sebelum tahun 325M, gereja-gereja di berbagai wilayah yang berbeda merayakan Paskah pada tanggal yang berbeda-beda pula, dan Paskah tidak selalu jatuh pada hari Minggu. Pada tahun 325, Konsili Nicea mengubah hal tersebut dengan mengajarkan bahwa hari raya Paskah harus selalu dirayakan pada hari Minggu. Pada tahun 1576, Aloysius Lilius memaklumkan bahwa Paskah haruslah ditetapkan pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama sesudah Vernal Equinox (hari pertama musim semi, lihat Mengapa paskah jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahun?). Gereja-gereja Barat menetapkan tanggal Paskah sekitar tahun 1583. Hari Raya Paskah akan berkisar antara tanggal 22 Maret hingga 25 April. Siklus Paskah akan berulang setiap 5,700,000 tahun sekali - tidak lebih cepat dari itu!

Mengapa Perayaan Paskah Jatuh Pada Tanggal Yang Berbeda-Beda Setiap Tahun?

Matahari maupun bulan, kedua-duanya mempunyai pengaruh dalam menentukan Paskah. Di belahan bumi utara, saat tengah hari, matahari tidak selalu tepat di atas kepala. Dalam musim dingin, matahari lebih rendah pada kaki langit daripada dalam musim panas. Musim semi tiba pada titik pertengahan di antara kedua perbedaan yang besar tersebut. Hal ini biasanya terjadi sekitar tanggal 21 Maret dan disebut Vernal Equinox (musim semi di mana waktu siang dan malam sama lamanya).
Bulan purnama pertama sesudah Vernal Equinox membantu menentukan tanggal Paskah. Hari Raya Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama tersebut. Ada lebih dari 12 kali bulan purnama dalam satu tahun, jadi tanggal Paskah dapat sangat bervariasi.
Paskah tidak selalu jatuh pada hari Minggu. Sebagian umat Gereja Kristen Perdana menggunakan tanggal Hari Raya Roti Tak Beragi orang Yahudi, yaitu pada tanggal 14 bulan Nisan dalam penanggalan Ibrani. Jadi, Paskah bisa saja jatuh pada hari-hari lain selain hari Minggu! Kebanyakan umat Kristiani dari Ritus Timur unakan Hari Raya Roti Tak Beragi untuk menentukan Hari Raya Paskah.

Mengapa Kita Membaca PASSIO Dua Kali?

Pada Hari Minggu Palma kita membaca Passio yaitu Kisah Sengsara Yesus: bacaan dari Injil bagian sengsara Yesus yang biasanya dibacakan oleh 3 orang lektor. Kita juga akan mendengarkan kisah yang sama pada hari Kamis Putih dan Jumat Agung. Mengapa kita mengulanginya? Alasannya ialah, bagi kebanyakan orang, Pekan Suci hanya berlangsung selama 60 menit saja. Ada banyak upacara-upacara agung dan indah dalam Pekan Suci ini untuk membantu kita mengenangkan karya penyelamatan kita yang membawa kita kepada hidup yang kekal. Sayang sekali, sebagian orang tidak ikut ambil bagian dalam upacara-upacara penting ini. Oleh karena itu Gereja merasa perlu menghadirkan kisah Pekan Suci secara ringkas bagi mereka, dan menjejalkannya dalam Hari Minggu Palma. Sehingga kadang-kadang kita hampir saja lupa makna Hari Minggu Palma yang sesungguhnya: Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya! Pekan Suci adalah pekan di mana kita seharusnya tidak melupakan Tuhan. Ia telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita agar kita dapat hidup kekal. Kita patut melalui pekan ini sebagai pekan yang lain daripada yang lainnya, sebagai pekan yang sungguh-sungguh SUCI. Kita patut ambil bagian dalam seluruh kegiatan mengenangkan kembali hari-hari terakhir Yesus sebelum kematian-Nya. Jika sekarang kita meluangkan waktu bersama-Nya, kita boleh yakin bahwa Ia akan bersama kita jika kita membutuhkan-Nya. Jangan puas dengan versi Pekan Suci yang singkat. Setidak-tidaknya selama sepekan ini saja, biarlah Allah menikmati versi lengkapnya.

Mengapa Kisah Sengsara Yesus Disebut `PASSIO'?

Minggu Palma disebut juga Minggu Mengenangkan Sengsara Tuhan, sebab pada hari itu akan dibacakan kisah tentang hari-hari terakhir kehidupan Yesus di dunia yang dikenal sebagai “Kisah Sengsara Tuhan Kita, Yesus Kristus”.
Passio berasal dari `Passio' bahasa Latin, yaitu suatu perasaan yang amat kuat serta mendalam. Misalnya saja cinta, benci atau marah. Di antaranya, yang paling besar kuasanya adalah cinta.
Tuhan amat sangat mencintai kita. Tuhan bukanlah arca batu yang tanpa perasaan. Arca seperti itu tidak mati untuk siapa pun. Tuhan Yesus wafat bagi kita. Yesus tidak berpura-pura. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit yang amat menyiksa. Penderitaan Tubuh-Nya jauh lebih besar dari yang dapat ditanggung manusia mana pun. Penderitaan batin-Nya - sejak ditinggalkan oleh para sahabat-Nya hingga cercaan serta hinaan dari mereka yang hendak diselamatkan-Nya - lebih dahsyat dari yang dapat kita bayangkan. Jadi, ketika kalian mendengarkan Kisah Sengsara-Nya, berbagilah penderitaan dengan-Nya!

Mengapa Ranting-Ranting Palma Digunakan?

Hanya Yohanes satu-satunya penginjil yang menyebutkan bahwa ranting-ranting yang mereka gunakan adalah dari pohon palma. Matius serta Markus hanya menyebutkan "ranting-ranting". Lukas malahan tidak menyinggung soal ranting sama sekali, ia hanya mengatakan bahwa orang banyak menghamparkan pakaian mereka di jalan.
Di beberapa negara Eropa, umat merayakan Hari Minggu Palma dengan menggunakan ranting pohon willow atau ranting pohon sejenis, karena pohon palma jarang dijumpai di sana. Beberapa orang menganyam 3 lembar daun palma atau lebih untuk dijadikan salib atau mahkota duri. Tahun depan, daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Hari Minggu Palma akan dibakar menjadi abu untuk dipergunakan dalam perayaan Rabu Abu.

Apa Itu Hari Minggu Palma?

Pernahkah kalian menyaksikan suatu pertunjukan drama hidup, dengan aktor serta aktris yang nyata? Jika mereka berakting dengan baik, mungkin untuk sementara waktu kalian lupa bahwa kalian sedang berada di gedung pertunjukkan. Malahan mungkin kalian tidak sempat berpikir bahwa aktor dan aktris di atas panggung itu hanyalah sedang berpura-pura menjadi orang lain. Dengan kata lain, kalian terbawa dalam peran yang mereka mainkan.
Itulah sebabnya mengapa kita memegang daun-daun palma pada hari ini. Kalian tidak hanya menyaksikan suatu pertunjukan, tetapi kalian diminta untuk berperan serta di dalamnya. Kalian menjadi aktor serta aktris dalam suatu drama yang paling hebat sepanjang masa: minggu terakhir dalam kehidupan Yesus. Dan daun-daun palma adalah perlengkapan kalian.
Adegan diawali dengan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan jaya. Di masa silam para raja mempunyai kebiasaan untuk setiap tahun sekali mengunjungi berbagai desa dan kota di wilayah kerajaannya. Kunjungan seperti itu dalam bahasa Yunani disebut "Epifani". Mereka mengadakan sidang dan bertindak sebagai hakim serta menjatuhkan vonis (=hukuman). Mereka juga mengumumkan peraturan-peraturan serta memungut pajak. Sebagian kunjungan epifani bersifat damai, sementara sebagian lagi lebih menyerupai perang.
Rakyat dapat mengetahui tujuan kedatangan raja dengan mengamati bagaimana ia memasuki kota. Pada masa itu kuda harganya amat mahal dan hanya digunakan untuk berperang. Jadi jika raja memasuki kota dengan menunggang kuda, biasanya berarti kerajaan dalam bahaya. Rakyat menjadi kalut dan ketakutan. Jika raja hanya bertujuan untuk mengadakan kunjungan damai, ia akan memasuki kota dengan menunggang keledai.
Cara inilah yang digunakan Yesus Kristus sang Raja untuk memasuki Yerusalem. Yesus bermaksud menyampaikan dua pesan yang jelas kepada rakyat Yerusalem. Yang pertama bahwa Ia adalah raja, yang kedua adalah bahwa Ia bermaksud membawa damai sejahtera.
Yesus datang dari Bukit Zaitun menuju lembah Kidron, di sebelah timur Bait Allah. Perjalanan yang harus ditempuh-Nya menurun dan curam. Selain jalanan di situ sempit dan kotor, hujan musim semi telah membuat jalanan menjadi licin. Orang-orang yang bersorak-sorai menyambut Yesus menebarkan ranting-ranting dan pakaian mereka di jalan supaya keledai Yesus tidak tergelincir. Sementara Yesus menuruni bukit, khalayak ramai meneriakkan "Hosanna!", bahasa Ibrani yang artinya "Selamatkanlah Kami!"

07 April 2007

Apa Peran Musa Dan Elia Ketika Yesus Dipermuliakan?

Orang Kristen membagi Kitab Suci menjadi dua bagian: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Para saksi memberikan kesaksian mereka di pengadilan, jadi kalian dapat mengatakan bahwa Perjanjian Lama adalah serangkaian kesaksian tentang Tuhan oleh orang-orang yang hidup sebelum Yesus. Perjanjian Baru adalah serangkaian kesaksian oleh orang-orang yang bersaksi tentang Yesus.
Orang-orang Yahudi hanya mengakui Kitab Perjanjian Lama. Mereka membaginya menjadi tiga bagian: Kitab Hukum (Taurat), Kitab Para Nabi dan Kitab Tulisan.
Kitab Hukum (Taurat) berisi kesaksian Musa serta orang-orang yang mengenalnya.
Kitab Para Nabi berisi kesaksian para nabi, yaitu baik pria maupun wanita yang berbicara atas nama Tuhan setelah jaman Musa. Yang paling utama dari para nabi itu ialah Elia. Para nabi yang lain ialah: Samuel, Natan, Amos, Yeremia dan Yehezkiel.
Kitab Tulisan berisi berbagai macam tulisan lain yang tidak cocok dikelompokkan baik ke dalam Kitab Hukum maupun Kitab Para Nabi. Kitab ini dianggap kalah penting dari kedua kitab pertama. Termasuk didalamnya antara lain adalah “Amsal” dan “Pengkhotbah”.
Penampakan Musa dan Elia ketika Yesus dipermuliakan menjadi semacam tanda persetujuan mereka kepada Yesus. Tuhan Allah sendiri menyempurnakan kesaksian mereka dengan suatu suara yang berkata dari dalam awan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia" (Matius 17:5).

Bagaimana Peraturan Berpantang & Berpuasa (Keuskupan Surabaya Th 2006)

Sesuai dengan ketentuan Kitab Hukum Kanonik (Kanon No. 1249 - 1253) dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No. 111, maka ditetapkan:

a. Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari Pantang
dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska sampai dengan
Jumat Agung.
b. Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-
60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas.
c. Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti
yuridis) berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila
dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani
dengan dosa bila melanggarnya.
d. Salah satu ungkapan tobat ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang diharapkan
mempunyai nilai pembaharuan pribadi dan nilai solidaritas tingkat paroki, keuskupan dan
nasional. Hendaknya di setiap paroki diadakan kegiatan sosial konkret yang membantu
masyarakat umum, seperti misalnya mengadakan beasiswa, pengobatan untuk umum, pasar
murah dan lain-lain.
e. Hasil pengumpulan dana selama APP, hendaknya selekas mungkin diserahkan kepada Romo
Bendahara Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Surabaya, paling lambat tanggal 30
April 2007.
f. Hendaknya diusahakan agar masa tobat sungguh menjadi masa pembaharuan rohani umat
dengan diselenggarakan pendalaman bahan APP di Lingkungan, Wilayah, Paroki dan
kelompok-kelompok kategorial, rekoleksi, retret, ibadat Jalan Salib, meditasi dan sebagainya.

Surabaya, 6 Februari 2007
ttd
Rm. Julius Haryanto, CM
Administrator Keuskupan Surabaya

Mengapa Umat Katholik Berpantang Daging Pada Hari Jumat?

Pada abad ke-4 sudah ada hukum Gereja tentang berpantang pada hari-hari tertentu. Dahulu setiap hari Rabu, Jumat dan Sabtu adalah hari-hari pantang. Sejak abad ke-12 pantang ditetapkan hanya pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat - untuk mengenang bahwa Yesus wafat pada hari itu. Pada tahun 1965 Paus Paulus VI mengijinkan Konferensi Para Uskup untuk menetapkan masa pantang dan puasa. Maka ditetapkan hari Rabu Abu dan Jumat Agung sebagai masa puasa dan pantang serta setiap hari Jumat dalam Masa Prapaskah sebagai masa pantang.
Mengapa berpantang daging? Banyak orang suka kelezatannya dan merasa kehilangan jika harus berpantang. Dulu peraturan pantang dan puasa orang-orang Kristen juga memasukkan susu dan telur sebagai pantangan. Pantang dan puasa menunjukkan rasa hormat akan ciptaan Tuhan dengan menggunakannya lebih hemat.

Mengapa Umat Katholik Berpantang?

Ada dua alasan utama. Pertama, sebagai kurban silih atas dosa-dosa kita. Kita melukai hati Tuhan dan sesama ketika kita berdosa. Kedua, dan yang paling utama, kita melukai hati Tuhan dan sesama karena kita kurang dapat mengendalikan diri. Ketika kita tergoda untuk melakukan sesuatu yang jahat (atau tidak melakukan sesuatu yang baik). Kita jatuh dalam pencobaan karena kita tidak mempunyai kehendak yang kuat untuk melakukan yang baik.
Jika kalian ingin belajar mengendalikan diri, mulailah dari hal-hal yang kecil. Selama beberapa minggu berpantanglah sesuatu yang kalian sukai. Misalnya berpantang permen, atau berpantang menonton acara TV yang kalian sukai, atau berpantang pergi ke bioskop.

Mengapa Umat Katholik Harus Berpuasa?

1. Berpuasa mempertajam mata rohani kita - membantu kita melihat apa yang Tuhan lihat.
2. Berpuasa berarti semakin serupa dengan Kristus, yang sering kali berpuasa.
3. Berpuasa adalah cara yang baik guna mengingatkan kita untuk berdoa, sebagai ganti makan.
4. Berpuasa membantu kita mengurangi berat badan dan merasa tetap bugar.
5. Berpuasa berarti menghemat uang (membeli lebih sedikit makanan!)
6. Berpuasa berarti menghemat waktu (melewatkan waktu makan!) di mana semua orang
serba sibuk dan tidak punya waktu luang.
7. Berpuasa membuat kita merasa bahagia (jika kita melewatkan hari puasa dengan berhasil.)
8. Berpuasa meningkatkan rasa disiplin diri sehingga kita dapat berbuat lebih banyak kebaikan
kepada sesama.

Apa Yang Dimaksud Dengan Jalan Salib?

Sejak abad pertama umat Kristiani telah mengadakan ziarah ke tanah kelahiran Yesus. Santa Helena, ibunda Raja Konstantin, melakukan ziarahnya yang terkenal itu pada abad ke-4 dalam usahanya untuk mengenali dari dekat tempat Yesus dilahirkan, wafat dan dimakamkan. Untuk jangka waktu yang pendek, yaitu setelah tahun 1199 ketika tentara-tentara Perang Salib berhasil menguasai Yerusalem dan wilayah sekitarnya, ziarah dapat dilakukan tanpa kesulitan. Tetapi sejak tahun 1291 setelah mereka kehilangan kekuasaan mereka atas daerah tersebut, ziarah menjadi lebih berbahaya dan mahal. Ibadat Jalan Salib bertujuan untuk menghadirkan Tanah Suci baik bagi mereka yang tidak dapat berziarah ke sana maupun bagi mereka yang sudah berziarah ke sana.
Fransiskus dari Asisi mempunyai dua devosi yang amat mendalam yaitu Inkarnasi Yesus dan Sengsara Yesus, masing-masing dilambangkan dengan buaian dan salib. Para biarawan Fransiskan mempopulerkan devosi Jalan Salib sejak abad ke-14. Umat membuat perhentian-perhentian kecil di dalam gereja, kadang-kadang dibangun juga perhentian-perhentian yang besarnya seukuran manusia di luar gereja. Segera saja, hampir semua gereja telah memiliki Perhentian-perhentian Jalan Salib. Para biarawan Fransiskan juga menuliskan lirik Stabat Mater, yang biasanya dinyanyikan saat Ibadat Jalan Salib, baik dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Latin, maupun dalam bahasa setempat. Jumlah perhentian serta peristiwa-peristiwa Jalan Salib yang dikenangkan bervariasi dari waktu ke waktu. Ke-14 peristiwa Jalan Salib yang sekarang ditetapkan oleh Paus Clement XII (1730-1740).
Baik kita melakukan Ibadat Jalan Salib seorang diri atau bersama-sama dengan umat lain, di dalam gereja atau pun di ke-14 perhentian di luar gereja, ibadat ini menjadikan kisah sengsara dan wafat Yesus terasa nyata dan hidup.

Mengapa Masa Prapaskah Berlangsung Selama 40 Hari?

Pada awalnya, empat puluh hari masa tobat dihitung dari hari Sabtu sore menjelang Hari Minggu Prapaskah I sampai dengan peringatan Perjamuan Malam Terakhir pada hari Kamis Putih; sesudah itu dimulailah Misteri Paskah. Sekarang, Masa Prapaskah terbagi atas dua bagian. Pertama, empat hari dari Hari Rabu Abu sampai Hari Minggu Pra-paskah I. Kedua, tiga puluh enam hari sesudahnya sampai Hari Minggu Palma. Masa Prapaskah bagian kedua adalah masa Mengenang Sengsara Tuhan.

Makna empat puluh hari dapat ditelusuri dari kisah Musa yang sebagai wakil Hukum (Taurat) dan Elia yang sebagai wakil Nabi. Musa berbicara dengan Tuhan di gunung Sinai dan Elia berbicara dengan Tuhan di gunung Horeb, setelah mereka menyucikan diri dengan berpuasa selama empat puluh hari (Keluaran 24:18, IRaja-raja 19:8). Setelah dibaptis, Tuhan Yesus mempersiapkan diri untuk tampil di hadapan umum juga dengan berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun. Di sana Ia dicobai setan dengan serangan pertamanya yaitu rasa lapar.


Serangan yang sama digunakannya juga untuk mencobai kita agar kita gagal berpantang dan berpuasa dengan godaan keinginan daging. Kemudian setan berusaha membujuk Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya agar malaikat-malaikat dari surga datang untuk menatang-Nya. Setan mencobai kita juga dengan kesombongan, padahal kesombongan sangat berlawanan dengan semangat doa dan meditasi yang dikehendaki Tuhan. Untuk ketiga kalinya Setan berusaha membujuk Yesus dengan janji akan menjadikan Yesus sebagai penguasa jagad raya. Setan mencobai kita dengan keserakahan serta ketamakan harta benda duniawi, padahal Tuhan menghendaki kita beramal kasih dan menolong sesama kita.


Selama Masa Prapaskah selayaknya kita hidup sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. (Efesus 5:8-9).

Apa Yang Dimaksud Dengan Masa Prapaskah?

Masa Prapaskah adalah masa pertumbuhan jiwa kita. Kadang-kadang jiwa kita mengalami masa-masa kering di mana Tuhan terasa amat jauh. Masa Prapaskah akan mengubah jiwa kita yang kering itu. Masa Prapaskah juga membantu kita untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah.

Banyak orang mengikuti retret setiap tahun. Retret itu semacam penyegaran jiwa. Kita membebaskan diri dari segala beban dan segala rutinitas sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat meluangkan waktu untuk memikirkan dan mendengarkan Tuhan. Kalian boleh menganggap Masa Prapaskah sebagai suatu Retret Agung selama 40 hari. Yaitu saat untuk mengusir semua kekhawatiran dan ketakutan kita supaya kita dapat memusatkan diri pada Sahabat kita dan mempererat hubungan kita dengan-Nya. Sahabat itu, tentu saja, adalah Tuhan. Kita dapat mempererat hubungan kita dengan-Nya dengan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya. Cara lain yang juga baik adalah dengan membaca bagaimana orang lain membangun persahabatan dengan Tuhan di masa silam. Kitab Suci adalah bacaan yang tepat atau bisa juga kisah hidup para santo dan santa.

Akhirnya, hanya ada dua kata untuk menyimpulkan apa itu Masa Prapaskah, yaitu: "NIAT" dan "USAHA". Misalnya saja kita berniat untuk lebih mengasihi sesama, kita juga berniat untuk tidak lagi menyakiti hati sesama. Salah satu alasan mengapa kita gagal memenuhi niat kita itu adalah karena kita kurang berusaha. Kitab Suci mengatakan "roh memang penurut, tetapi daging lemah". Di sinilah peran Masa Prapaskah, yaitu membangun karakter yang kuat. Kita berusaha untuk menguasai tubuh dan pikiran kita dengan berlatih menguasai diri dalam hal-hal kecil. Oleh karena itulah kita melakukan silih selama Masa Prapaskah. Kita berpantang permen atau rokok atau pun pantang menonton program TV yang paling kita sukai. Dengan berpantang kita belajar mengendalikan diri. Jika kita telah mampu menguasai diri dalam hal-hal kecil, kita dapat meningkatkannya pada hal-hal yang lebih serius.

Berlatih menguasai diri baru sebagian dari usaha. Tidaklah cukup hanya berhenti melakukan suatu kebiasaan buruk, tetapi kita juga harus memulai suatu kebiasaan baik untuk menggantikan kebiasaan buruk kita itu. Misalnya saja membaca Kitab Suci setiap hari, berdoa Rosario, menerima Komuni secara teratur. Jadi jangan hanya duduk diam saja, LAKUKAN SESUATU. Mulailah Hari Rabu Abu dengan menerima abu yang telah diberkati, lalu kemudian memulai hidup baru bagi jiwamu!

Apa Yang Dimaksud Dengan Rabu Abu?

Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.

Mengapa pada Hari Rabu Abu kita menerima abu di kening kita? Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Oleh karena itu, imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata: "Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil".

Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.

Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu. Kemudian sementara umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat sungguh-sungguh selama empat puluh hari dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti Misa untuk menerima abu.

Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.

06 April 2007

Mengapa Orang Katholik Harus Mengaku Dosa...?

Tidak sedikit orang mempertanyakan, mengapa kita harus mengakukan dosa kita ke Imam? Bukankan yang mengampuni dosa adalah Allah sendiri? Mengapa kita tidak langsung mengaku dosa saja kepada Allah?

Pengertian mengapa kita harus mengaku dosa tidak dapat dijawab secara singkat begitu saja. Ada beberapa teologi yang harus kita mengerti untuk sampai kepada iman bahwa "Yesus sendiri memutuskan pelayanan pengampunan dosa ini melalui para ImamNya"

Mula-mula kita harus mengerti bahwa ada 2 jenis dosa, yakni dosa berat dan dosa ringan. Dua jenis dosa tersebut juga harus ditanggapi dengan cara yang berbeda. I Yohanes 5:16-17Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Dosa ringan ialah apa yang disebut sebagai dosa yang tidak mendatangkan maut.Dosa berat ialah dosa yang mendatangkan maut atau dengan kata lain menyebabkan hukuman api abadi atau neraka.

Kitab Suci sendiri mengatakan bahwa untuk dosa ringan, seseorang cukup untuk mengaku dan berdoa kepada Allah. Maka Allah yang murah hati akan mengampuninya.Namun Kitab Suci sendiri tidak mengatakan bahwa dosa berat juga bisa dimohonkan ampun dengan langsung berdoa kepada Allah.

Nah inilah salah satu teologi dosa yang perlu dipahami untuk memahami kebenaran Tradisi Pengakuan Dosa.

Selanjutnya bagaimana / apa yang harus dilakukan seseorang ketika melakukan dosa yang mendatangkan maut?

Yohanes 20:22-23Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."

Kalau memang semua dosa dapat diampuni secara langsung tanpa pelayanan manusia, untuk apa Yesus memberi kuasa ini kepada para RasulNya?
Ini semua menyangkut keputusan Allah. Dosa ringan, sesuai keputusan Allah dapat diampuni dengan doa langsung kepada Allah, dosa berat, sesuai keputusan Allah memerlukan pelayanan dari mereka yang diserahi otoritas pengampunan.

Rupanya kita melihat dengan jelas dari Kitab Suci, bahwa Yesus sendiri memberikan kuasa kepada para RasulNya untuk mengampuni dosa orang.
Dalam hal ini perlu digaris-bawahi bahwa tidak semua murid Yesus menerima kuasa ini, melainkan hanya mereka yang memiliki jabatan Rasul.
Hal ini dapat dengan jelas sekali lagi kita temukan teksnya dalam Kitab Suci, bahwa pelayanan ini diberikan atau dimiliki oleh para RasulI Kor 5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

Santo Paulus sendiri mengatakan kepada jemaat Kristen "mempercayakan pelayanan perdamaian itu kepada kami (golongan para Rasul, bukan semua orang Kristen)".

Tentunya hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa. Namun oleh kebijaksanaanNya yang tak terselami, Tuhan memberikan kuasa ini kepada manusia supaya mereka melaksanakan pelayanan ini atas namaNya.Dan manusia yang diserahi tugas pelayanan ini ialah mereka yang menduduki jabatan Apostolik. Merekalah yang diutus untuk berbicara atas nama Allah untuk meminta pertobatan orang kepada Allah.

I Kor 5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.

Dari surat Santo Paulus sudah dapat diindikasikan adanya peran khusus dari jabatan Apostolik yang pelayanannya hanya dapat dilakukan oleh mereka/ tidak dapat dilakukan semua orang Kristen. Otoritas khusus yang mereka miliki ini kemudian diteruskan kepada pengganti-penggati para Rasul (sesudah mereka meninggal). Sekarang kita mengenal para pengganti Rasul dengan sebutan Uskup, dan para pembantunya ialah Imam.

Fakta Historis sendiri membuktikan bahwa mereka yang menduduki jabatan hirarkhis (Uskup dan Imam) memang memiliki kuasa untuk melakukan beberapa pelayanan tertentu yang tidak dapat digantikan seorang Kristen biasa / yang jabatannya berbeda.

Doa Kemuliaan (versi Bahasa Inggris)

Doa Kemuliaan senantiasa menyadarkan kita, bahwa hanya satu lah Allah kita, yakni Allah Tritunggal Kudus.
Sudah pantas dan layaklah baginya kemuliaan....

Glory be to the Father, and to the Son, and to the Holy Spirit.
As it was in the beginning, is now, and ever shall be, world without end. Amen.

Doa Salam Maria (English Version)

Hail Mary, full of grace

The Lord is with thee

Blessed are thou amongst women

And blessed is the fruit of thy womb, Jesus


Holy Mary, Mother of God,

pray for us sinner,

now and at the hour of our death,

Amen

Doa Bapa Kami (English Version)

Our Father which art in heaven,
Hallowed be Thy NameThy Kingdom come,
Thy will be done on earth as it is in heaven

Give us this day our daily bread

And forgive us our trespasses,as we forgive those,
who trespass against us

And lead us not into temptation,
but deliver us from evil

(For Thine is the Kingdom, and the Power, and The Glory, Forever)

Amen.

Doa Yesus

Tiga huruf yang indah d-o-a. Maknanya amat mendalam karena menggulirkan berkat yang senantiasa mengagumkan. Doa merupakan ekspresi seorang yang beriman. Doa merupakan sarana manusia untuk berbincang-bincang dengan Tuhan sebagai sahabat yang mengerti apa yang diinginkan. Karena itu doa merupakan sarana dan jawaban atas undangan kasih Allah kepada manusia. Dalam kasih-Nya Allah telah memberikan diri sedemikian rupa sehingga manusia diberikan segala berkat dan rahmat dalam hidupnya. Bagi yang percaya akan menjawab “ya” melalui hidup doanya. Artinya mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita selama ini. Doa dalam hal ini merupakan jawaban terima kasih atas karunia yang Tuhan berikan kepada manusia. Ungkapan terima kasih ini diuraikan manusia dengan berbagai macam ungkapan baik melalui kata-kata yang keluar dari hati paling dalam atau juga melalui sikap tubuh yang mencerminkan keberadaan si pendoa saat itu entah kepasrahan, permohonan, keinginan tertentu melalui ungkapan bahasa sesuai bahasa si pendoa.Doa pun mengandung unsur syukur dan permohonan dalam hidup. Dalam Perjanjian Baru, doa adalah hubungan yang hidup anak-anak Allah dengan Bapanya yang tidak terhingga baiknya, bersama Putera-Nya Yesus Kristus dan dengan Roh Kudus. Rahmat Kerajaan Allah adalah “Persatuan seluruh Tritunggal Mahakudus dengan seluruh jiwa” (Gregorius Nazianze). Dengan demikian, kehidupan doa berarti bahwa kita selalu berada dalam hadirat Allah. Sementara menurut Perjanjian Lama doa berkaitan dengan janji Allah. Ketika Allah memanggil Abraham, ia segera berangkat, “Seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya” (Kej 12:14). Hatinya “sangat patuh terhadap sabda” : ia taat. Hati yang mendengarkan, yang memilih Tuhan, merupakan dasar dari setiap doa. Kata-kata melayani sikap mendengarkan. Doa Abraham, pada tempat pertama, dinyatakan dalam perbuatan: Ia adalah seorang pria yang suka diam, di segala tempat di mana ia singgah, ia membangun Altar Tuhan. Baru kemudian mengucapkan doanya dalam kata-kata. Doa itu merupakan suatu keluhan terselubung. Ia mengingatkan Allah akan janji-Nya, yang rasanya tidak dipenuhi. Langsung sejak awal kelihatan satu ciri khas doa manusia: ujian iman akan kesetiaan Allah.
TELADAN DOA :
Sebelum memulai karya-Nya, sesudah pembaptisan-Nya, Yesus mulai berdoa. Dalam doa-Nya ternyata Yesus mendapat godaan. Godaan itu berkaitan dengan kekuasaan/kesombongan manusia; kekayaan atau harta dan nafsu-nafsu jasmani (lih. Mat. 4:1-11). Ketiga godaan tersebut mencerminkan di satu sisi menggodai seseorang yang sedang berdoa yakni menghadapinya dengan serius; menyadari akan adanya godaan dan tidak menyetujui godaan tersebut sehingga Yesus luput dari segala akibatnya. Situasi yang Yesus alami merupakan cermin kehidupan doa kita dengan dua sisi : godaan dan kekuatan iman.Yesus Putera Allah telah belajar berdoa dalam hati manusiawi-Nya. Ia belajar dari ibu Maria. Yesus mempelajari doa dengan kata-kata dan bentuk-bentuk. Yesus memperlihatkannya dalam usia 12 tahun. Ia belajar berdoa dari keluarga Nazaret di mana Maria dan Yusuf mengajari-Nya berdoa dan bahkan Yesus mempunyai pengalaman yang begitu erat dengan doa kepada Bapa-Nya sehingga Maria dan Yusuf mencari-Nya ketika Ia berada di Bait Allah. Ketika mereka mencari-Nya, Yesus berkata : “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?” (Luk 2:9). Di sinilah bentuk doa yang baru dalam kepenuhan waktu mulai diharapkan Bapa dari anak-anak akhirnya dihayati oleh Putera Allah dalam kodrat manusiawi bersama manusia dan untuk manusia.Sering Yesus menyingkir, terutama di malam hari, di atas sebuah gunung dalam kesepian, ia berdoa. Dalam situasi itu, Yesus mencari peneguhan dan kekuatan untuk karya selanjutnya. Melalui doa-Nya Yesus ingin mengungkapkan suatu situasi di mana sabda dan karya-Nya menyatu dengan doa-doaNya. Karena itu dalam doa pertama Yesus mengakui dan memuji bapa karena IA menyimpan rahasia Kerajaan Allah bagi mereka yang menganggap diri bijaksana, tetapi menyatakan-Nya kepada orang kecil – yang miskin dalam sabda bahagia (Mt. 5:3). Di lain sisi, Yesus ingin memperjelas doa yang mengandung permohonan kita. “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku” (Yoh 11:42). Ungkapan ini secara jelas dinyatakan dalam Injil Yohanes tentang peristiwa Lazarus dibangkitkan Yesus.Yesus juga ingin mengajar kita bagaimana caranya berdoa. Karena itu Ia mengajar para murid Doa Bapa Kami (Luk 11:1-40) sebagai reaksi dari keinginan para murid. Doa Bapa Kami adalah doa yang sederhana dan mudah diingat dengan makna yang mendalam. Doa ini menggambarkan tentang Bapa yang sesungguhnya yang kita miliki. Ia tinggal di tempat yang paling tinggi, di surga, rumah masa depan kita. Melalui doa Bapa Kami kita pun belajar tentang Bapa. Jika kita mengenal Bapa sepenuhnya dalam dimensi seutuhnya, kita telah mengetahui segalanya. Maka kita pun akan mengenal kebenaran sejati. Mengenal Bapa berarti memperoleh kepastian bahwa Ia tidak menolak kita bahkan di saat segala hal kelihatannya menandakan penolakan, Allah tidak pernah menolak kita. Allah tidak mau mempermalukan kita.Dalam menghadapi saat-saat akhir yang kritis, Yesus kembali berdoa. Dalam situasi itu, Ia mengajar para murid untuk senantiasa berdoa, kata-Nya : “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Luk 22:40b). Pernyataan Yesus jelas bagi kita untuk berjaga senantiasa dalam menghadapi hidup terutama ketika hidup kita menjadi lebih sulit. Doa adalah kekuatan. Melalui peristiwa di Getsemani, Yesus mengajar kepada kita tentang apa arti ketaatan dalam menghadapi hidup. “Ya Bapa-Ku jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42).Ketaatan kepada Bapa bagi Yesus adalah segala-galanya. Ia rela disalib untuk penebusan manusia. Bahkan saat-saat terakhir di kayu salib Yesus masih berpesan beberapa hal yang menggambarkan bagaimana kehidupan doa berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari.Kepada seseorang yang berada di kanan salib-Nya Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan berada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43). Pernyataan ini menggambarkan kuasa doa Yesus dan pernyataan diri sebagai Putera Allah yang hidup, yang perduli kepada orang lain yang memerlukan bantuan.Dalam peristiwa salib Yesus masih menyatakan: “Ibu, inilah anakmu! ... Inilah ibumu! (Yoh19:26-27). Pernyataan ini ingin mengungkapkan bahwa melalui hidup doa, kita bersekutu satu sama lain, saling bahu membahu dan saling mengakui satu sama lain. (Dan sejak saat itu, Maria tinggal bersama para murid) Yoh 19:27b.Dalam doa Yesus juga mengalami kesulitan. Hal ini terungkap melalui kata-kata “Aku haus” (Yoh 19:28) atau “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku” (Mrk 15:34). Dalam hal ini Yesus ingin mengajar dan menyadarkan kita bahwa kita tidak mudah berdoa. Kesulitan demi kesulitan, hambatan demi hambatan akan menyertai hidup doa kita. Namun tidak usah gusar bila pada suatu hari kita pasrah seperti Yesus. “Selesailah sudah” (Yoh 19:32) dan atau “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46). Penyerahan dalam doa akan menghasilkan kekuatan baru, cara pandang kita yang baru tentang arti dan makna kehidupan. Karena itu marilah terus berdoa, agar kita mempunyai keteguhan dan kekuatan.Doa tidak hanya membukakan kita jalan menuju pertemuan dengan Tuhan, tetapi juga mempertemukan kita dengan sesama kita, membantu kita menjalin hubungan yang saling menghormati, saling mengerti, saling menghargai, dan saling mengasihi dengan semua orang. Doa adalah ikatan yang efektif untuk menyatukan kita. Selamat berdoa.
Dengarkan Kami, ya Tuhan!
Dalam nama Kristus, Tuhan kita, mari kita berdoa untuk Gereja Katolik, untuk gereja-gereja lain,untuk seluruh umat manusia. Dengarkan kami, ya tuhan!Mari kita berdoa bagi mereka yang disiksa atas nama keadilan dan bagi mereka yang berjuang demi kemerdekaan dan perdamaian; Dengarkan kami, ya Tuhan!Mari kita berdoa untuk mereka yang memangku jabatan dalam Gereja, untuk mereka yang memikul tanggung jawab tertentu dalam kehidupan bermasyarakat, Dan untuk mereka semua yang melayani orang kecil dan lemah; Dengarkan kami, ya Tuhan!Mari kita memohon keberanian untuk mempertahankan komitmen kita dalam mewujudkan persatuan seluruh umat Kristiani; Dengarkan kami, ya Tuhan!Tuhan Allah, kami percaya kepada-Mu.Semoga kami dapat bertindak dengan cara yang berkenan kepada-Mu. Semoga kami bisa menjadi pelayan setia kemuliaan-Mu.Amin.

30 March 2007

Tri Tunggal Mahakudus

Bagaimanakah caranya memahami Tritunggal (Trinitas)?
Ini adalah dogma Kristiani yang penuh misteri sekaligus penuh tantangan. Tetapi seharusnya kita dapat menjawab pertanyaan orang lain tentang Tritunggal dan tidak menyerah begitu saja dengan mengatakan bahwa Itu adalah misteri Allah. Untuk memahami Tritunggal, kita harus kembali kepada kitab pertama dalam Taurat (Perjanjian Lama), yaitu Kitab Kejadian (Genesis).
Berikut adalah petikan dari Kitab Kejadian 1:1-3.
1. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
2. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
3. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.
Jika kita perhatikan, maka kita akan menyadari bahwa ada 3 Pribadi yang terlibat di sini, yaitu: Allah, Firman Allah, dan Roh Kudus. Adanya Pribadi lebih dari 1 ini didukung dengan adanya dialog Allah dan bagaimana Allah menyebutkan diri-Nya sebagai “Kita”.
Saya mengacu pada Kitab Kejadian karena kitab ini merupakan kitab pertama yang menyatakan keberadaan Allah, peran Allah dalam penciptaan alam semesta dan manusia sekaligus catatan pertama interaksi Allah dengan manusia. Bagi saya pernyataan tentang Allah di kitab ini amat-sangat utama, terutama dan pertama. Kitab Kejadian (bagian dari Taurat) dijamin oleh Yesus Kristus tidak akan berubah sepanjang masa. Bahkan lebih mudah bumi dan langit lenyap dari pada 1 titik dari Taurat dibatalkan (Mat 5:18; Luk 16:17).

Sebelum membaca lebih lanjut, Anda harus berinterospeksi terlebih dahulu. Bukalah mata hati dan pikiran Anda, baru teruskan membaca. Berikut adalah test untuk Anda sebelum melanjutkan membaca sisa artikel ini:

1. Jika Anda mengakui bahwa Kitab Kejadian ini adalah benar dan memiliki integritas tinggi, kudus dan memiliki kesucian yang tidak bernoda, silakan baca sisa artikel ini.
2. Tetapi jika Anda memandang bahwa Injil (Alkitab) telah diubah sehingga dianggap tidak asli dan kehilangan kesucian dan kekudusannya, silakan untuk tidak membacanya. Tetapi jika Anda tetap ingin membacanya, silakan membacanya dengan hati-hati, dengan rendah hati disertai pikiran dan hati yang terbuka.

Mengapa begitu? Soalnya ada banyak sekali orang yang menganggap bahwa Injil telah diubah dan kehilangan kesuciannya. Padahal tidak! Sekali lagi: tidak! Anda tidak perlu meragukan kesuciannya. Walau pun banyak versi terjemahan Kitab Suci di seluruh dunia, tetapi Alkitab tetap Suci dan Kudus!

Yesus Kristus sendiri telah bersabda:

“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35; Mar 13:31; Luk 21:33).

“Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat 5:18)

“Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.” (Luk 16:17)
Bahkan Al Quran pun bersaksi tentang keaslian Firman Allah, yaitu Alkitab (Al Kahfi 18:27; Al Hijr 15:9). Selain itu disebutkan juga bahwa umat beriman (muslim) agar: “menjaga Kitab (Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu” (Al Baqarah 2:2-4) dan memerintahkan Muhammad untuk mencari pertolongan dari para ahli Alkitab (Yunus 10:94). Jika Injil dianggap telah diubah dan kehilangan kesuciannya dan Anda meragukannya, maka Alquran gagal menjaganya!

Dialog Allah
Proses penciptaan ini dilukiskan dalam bentuk dialog yang tentu saja melibatkan lebih dari 1 pribadi – dalam hal ini terdapat 3 Pribadi. Gaya bahasa dalam Kitab Kejadian ini juga mendukung adanya dialog. Gaya penulisan ini tidak mungkin merupakan monolog.
Apakah Anda mengklaim bahwa Allah berbicara sendiri? Apakah Anda dalam hal ini meragukan integritas Allah karena berbicara sendiri? Berikut adalah kutipan tentang penciptaan manusia dari Kitab Kejadian 1:26.

26Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
Sedangkan ketika Allah berbicara pada manusia, Dia menggunakan kata “Aku” yang artinya: interaksi dengan manusia dilakukan oleh 1 Pribadi saja. Berikut petikan dari Kej 1:29.
29Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.”

Artinya tidak ada yang salah dengan Kitab Kejadian! Penggunaan kata “Kita” memang benar-benar menunjukkan Pribadi yang jamak, sedangkan penggunaan “Aku” benar-benar tunggal.

Misteri 3 Pribadi yang Tunggal
Memang bagi sebagian orang akan sulit memahami adanya 3 Pribadi yang Tunggal ini. Dari ayat Kej 1:1 akan banyak mengundang debat. Mereka menganggap bahwa Allah dan Roh Allah itu adalah satu. Memang benar! Tetapi mengapa Kitab Kejadian menyebutkan: “Allah” dan “Roh Allah melayang-layang” yang nyata-nyata dipisahkan? Suatu misteri bukan? Apakah tidak lebih baik jika semuanya konsisten dan menyebutkannya sebagai: “Allah” saja?
Tetapi ternyata tidak demikian! Justru konsistensi terjadi dengan penyebutan yang berbeda bagi ke-3 Pribadi yang Tunggal tersebut, yaitu: Allah, Firman Allah (Putera Allah), dan Roh Allah (Roh Kudus).

Sebuah wacana manusia mengusulkan analogi telur. Walau pun tidak pernah tepat benar, tetapi sedikit memberikan wacana. Berikut wacana tersebut: Telur itu terdiri dari kulit telur, putih telur dan kuning telur. Mereka bermakna telur jika ketiganya menyatu. Tetapi ketika diuraikan, mereka tidak dapat disebutkan sebagai telur, tetapi hanya kulit telur saja, putih telur saja, atau kuning telur saja. Jika ketiganya diuraikan, mereka bukan telur!
Ada juga yang memberikan wacana dengan mencoba menganalogikan sebagai air yang memiliki 3 bentuk, yaitu: uap, cairan dan es. Semuanya adalah air! Walau pun demikian mereka adalah air juga yang memiliki 3 bentuk.

Kedua wacana manusiawi di atas tidak bisa menggambarkan Tritunggal Mahakudus Allah dengan baik. Demikian pula dengan wacana-wacana baru lain yang diusulkan manusia. Semuanya tidak pernah akan dapat menggambarkan Allah! Mengapa?
Jawabannya jelas: kita hanya manusia! Tidak mungkin kita menggambarkan Allah menurut ukuran, kemampuan dan pikiran manusiawi kita. Jadi, berupaya menggambarkan Allah secara manusiawi tidak akan pernah bisa kita lakukan. Yang patut disesalkan adalah adanya sebuah upaya sebuah kitab yang mencoba menggambarkan Allah sebagai Zat. Saran saya adalah: jangan mencoba menggambarkan Allah secara materialistik! Karena Allah bukan zat atau pun material lainnya.

Lalu bagaimana? Tidak akan pernah ada penjelasan yang manusiawi mengenai hal ini. Yang harus kita lakukan adalah dengan mengimaninya. Kita harus melihatnya dengan kaca mata iman. Bukalah mata hati dan pikiran Anda dengan rendah hati. Berserahlah dan percayalah pada Alkitab. Gantungkan kepercayaan Anda padanya. Karena Kitab Suci adalah Firman Allah yang tertulis bagi manusia.

Logika dapat Anda pakai untuk memahami Alkitab, seperti yang saya lakukan, yaitu dengan menyadari bahwa ada 3 Pribadi Mahakudus yang terlibat sebagai Allah! Mereka adalah Allah, Firman Allah dan Roh Allah. Mereka 3 Pribadi tetapi tetap Tunggal!

Putera Tunggal Allah
Umat Kristiani mengimani adanya Pribadi yang kedua, yaitu Putera Allah. Kitab Yohanes dengan baik sekali melukiskan Pribadi Putera Allah ini dalam Yoh 1:1.
1Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Penjelasan ini baik sekali sekaligus menjelaskan Kej 1:3 bahwa Firman itu benar-benar sebagai Pribadi yang ke-2. Dan kemudian dijelaskan pula bahwa Firman Allah ini menjelma (ber-inkarnasi) menjadi manusia dalam Yoh 1:14.
14Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemulian-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Tampak bahwa Firman itu menjelma menjadi manusia dan Allah Bapa memberikan kemuliaan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Artinya adalah benar bahwa Yesus Kristus adalah Anak Tunggal Bapa dan kita menyebutkan-Nya sebagai Putera Allah yang tunggal.
Jangan mencoba memahami proses peranakan Allah ini seperti halnya proses peranakan pada manusia. Proses peranakan Allah tidak menggunakan cara manusia yang dilakukan secara biologis (sex). Tetapi peranakan Allah dari Roh Kudus.
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. (Mat 1:18)
… “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Mat 1:20)
Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk 1:35)

Kesatuan 3 Pribadi yang Tunggal
Walau pun ada 3 Pribadi yang berbeda, tetapi Allah tetap Satu dan Esa. Mereka adalah tetap Allah walau pun memiliki bentuk yang berbeda. Berikut adalah beberapa kutipan dari Kitab Suci:
“Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:30)
“… bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” (Yoh 10:38)
“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.” (Yoh 17:22)
“… Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dia-lah yang melakukan pekerjaan-Nya.” (Yoh 14:10)
Yesus Kristus adalah manifestasi kesucian Firman Allah. Apa yang difirmankan Yesus Kristus tidak akan lekang dimakan jaman, karena Yesus Kristus adalah Firman Allah itu dan kekal adanya.
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35; Mar 13:31; Luk 21:33).

Penutup
Dalam artikel ini saya tidak mencoba menganalogikan atau berupaya menjelaskan Tritunggal Mahakudus secara manusiawi mau pun secara logika. Wacana analogi telur dan air adalah sumbangan pemikir lain yang saya rasa tidak akan pernah dapat menjelaskan Tritunggal Mahakudus dengan baik. Mungkin sedikit membantu, tetapi tidak akan pernah dengan sempurna menjelaskan Tritunggal Mahakudus.
Dalam artikel ini saya hanya mencoba untuk mengumpulkan fakta dari Injil bahwa Tritunggal Mahakudus ini tersirat dan tersurat. Tidak perlu mencoba menganalogikan atau memanusiawikannya karena akan malah menyesatkan.
Tetapi terimalah dengan iman Anda. Anda tidak perlu berupaya keras mencoba memahaminya. Karena mencoba memahaminya berarti Anda mencoba memahami Allah. Suatu usaha yang amat-sangat berat. Atau boleh saya katakan: suatu usaha yang sia-sia dan mustahil. Tidak mungkin pikiran manusiawi kita yang terbatas ini dapat menampung pikiran Allah yang Mahakudus, Mahamengetahui dan segenap Maha yang lain.
Jika Anda meragukan esensi Tritunggal Mahakudus ini, maka Anda meragukan Kitab Suci! Jika Anda meragukan integritas Tritunggal Mahakudus ini, maka Anda meragukan Firman Allah yang tertulis dalam Kitab Suci! Anda harus tahu: Kitab Suci tetap Suci dan Kudus, selama-lamanya.
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35; Mar 13:31; Luk 21:33).

Tuhan dan Kejahatan

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini,

"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?"
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam. Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Ditulis oleh A. Luluk Widyawan, PR

Ramalan, Ilmiah dan Religius

Tahun 2006 akan telah kita tinggalkan. Tahun baru 2007, kita masuki. Tentu saja dengan semangat serta harapan baru. Akino W Azzaro, serorang peramal mengatakan, situasi buruk yang terjadi tahun 2005 dan 2006, akan membaik tahun 2007. Seperti diketahui, sesuai penanggalan Cina, tahun 2004 adalah tahun Monyet Kayu, 2005 tahun Ayam Kayu, dan 2006 tahun Anjing Api, sementara tahun 2007 adalah tahun Babi Api. Tahun 2007, tahun babi api, inilah saat kita seperti babi yang merangkak lagi.

Pada umumnya ramalan di awal tahun selalu menjadi perhatian. Entah itu ramalan horoskop maupun shio. Banyak orang yang ingin mendapatkan bocoran mengenai nasib maupun hoki di tahun 2007 ini. Lainlagi bagi peramal, mengatakan ramalan ini sangat menyenangkan, sebab tidak akan ada orang yang ngambek ataupun minta ganti rugi apabila ramalannya meleset. Disamping itu dapat penghasilan tambahan dari orang yang datang untuk diramal.


Ada banyak sumber mengenai ramalan. Antara lain dari horoskop, shio, astrologi atau bahkan feng shui. Kata horoskop diserap dari bahasa Yunani, horoskopos yang berarti melihat jam. Melalui jam waktu kelahiran seseorang bisa ditentukan selainnya lambang zodiac dari orang tersebut juga bisa diramal mengenai sifat kepribadian maupun jalan hidupnya dari orang itu.


Astrologi atau ilmu perbintangan kata ini juga diserap dari bahasa Yunani, dimana berdasarkan letak posisinya dari berbagai benda langit mereka bisa meramalkan nasibnya seseorang. Astrologi sudah dikenal sejak jaman Babilonia sekitar 4.000 tahun yang lampau. Pada saat sekarang ini ada tiga macam astrologi yang cukup dikenal ialah astrologi barat, astrologi Tionghoa (shio) dan astrologi India (Iyotisha).


Astrologi Tionghoa adalah astrologi yang tertua, walaupun mereka menggunakan hewan sebagai lambang, tetapi ini tetap ada kaitannya dengan ilmu perbintangan. Lima elemen utama dari ramalan ini adalah Venus = metal (emas), Jupiter = kayu, Mercury = air, Mars = api dan Saturn = tanah. Seni ramalan yang sesungguhnya dalam astrologi Tionghoa lebih dikenal dengan sebutan Zi Wei Dou Shu (Ramalan Bintang Ungu).


Soal ramal meramal itu tentu bukan perkara gampang. Orang boleh memprediksikan waktu dan tahun yang sama maupun letak Posisi bintang yang sama, tetapi hasilnya bisa berbeda. Peramal satu memprediksikan bahwa tahun 2007 ini adalah tahun keberuntungan sedangkan yang lain menilai agar kita lebih mawas diri. Jadi sukar bagi kita untuk percaya kepada ramalan si A ataukah si B. Dalam istilah psikologi ini lebih dikenal dengan sebutan Barnum Efect atau Forer Efect kita otomatis bisa menerima dan mempercayai pendapat seseorang, karena dari awal mulanya kita sudah terpengaruhi.


Di Eropa pernah diadakan test untuk menguji para pakar astrologi, untuk mengetahui dimana letak posisinya ke delapan planet-planet besar, ternyata pengetahuan yang sedemikian mudah dan mendasar sekalipun juga lebih dari 70% tidak dapat mengetahuinya. Bagaimana mereka bisa menghitung dan mengartikan nasib orang lain, apabila letaknya saja sudah tidak tahu dimana?


Berdasarkan test lainnya yang dilakukan oleh majalah Stern dari semua ramalan para astrologi yang paling top di Eropa, ternyata dari hasil keseluruhan ramalannya selama satu tahun hanya tiga persen saja yang mungkin secara kebenaran telah menjadi kenyataan alias jitu ramalannya.


Berbagai macam aliran agama menilai, bahwa ramal-meramal itu haram. Tetapi apakah anda tahu bahwa banyak orang masih percaya ramalan. Tidak bisa dipungkiri di berbagai macam majalah dan surat kabar, yang menjadi rubrik tetap dan populer adalah horoskop. Bahkan dalam diri kita, kalau kita tidak percaya akan segala macam bentuk ramalan kenapa dilain pihak kita selalu mencari hari dan waktu yang baik untuk melakukan hajatan, bukankah ini juga bisa disamakan seperti percaya akan ramalan ? Nabi Jusuf menafsirkan ramalan dari suatu impian, begitu juga banyak nabi-nabi lainnya meramal. Hanya mungkin istilah atau sebutannya saja yang berbeda kalau kita pergi ke tukang peramal ini disebut haram dan dosa.


Dinamika Perspektif Ilmiah dan Religius

Salah satu bentuk ramalan yang pernah ada dan masih dipercayai sekarang adalah Kartu Tarot. Kartu ini berasal dari Italia. Pada awalnya, permainan kartu tersebut bernama Carde da Trionfi, atau Kartu Kejayaan. Setelah mendapat pengaruh dari Prancis, nama Trionfi berubah menjadi Tarocchi.


Antoine Court de Gebelin dalam bukunya terbitan tahun 1781 menyatakan kartu Tarot dibuat oleh pendeta-pendeta Mesir kuno. Mereka kemudian membawa gambar-gambar tersebut ke Roma untuk dipersembahkan kepada Paus. Paus kemudian memperkenalkan Tarot ke Avignon, Prancis pada abad ke-14. Gereja Katolik dan pemerintah daerah di Eropa tidaklah selalu melarang permainan Tarot. Beberapa daerah bahkan memperbolehkan warganya memainkan Tarot dimana permainan kartu sejenis lainnya jelas-jelas dilarang.


Hak eksklusif karena muncul dari pimpinan Gereja tidaklah berlangsung lama. Karena pada akhir abad ke-14 seorang pengkotbah dari dari Swiss, Johannes von Rheinfelden, secara tiba-tiba menyerang perjudian dan permainan kartu. Sebagai akibat dari pernyataan ini, John I dari Castile, menerbitkan larangan bermain kartu. Bahkan tahun 1379, Bernard dari Siena memberi ceramah bahwa kartu bermain adalah hasil ciptaan Setan.


Berbicara tentang ramal-meramal tidak bisa dilupakan nama besar peramal Prancis bernama Nostradamus. Michel de Nostredamus anak pasangan Reynière de St-Rémy dan saudagar makanan Jaume de Nostredamus, yang kaya. Keluarga itu keturunan Yahudi yang telah memeluk Katolik pada 455.


Ketika berumur lima belas tahun, Nostradamus memasuki Universitas Avignon untuk mendapat sarjana. Ia belajar trivium tatabahasa, percakapan, dan logik, berbanding sukatan kemudian iaitu quadrivium geometri, arithmetik, musik dan astronomi / astrologi. Pada 1529, beliau memasuki Montpellier untuk mempelajari bidang pengobatan.


Nostradamus kemudian beralih minat dari pengobatan ke suatu yang diluar jangakauan manusia. Mengikut kebiasaan, beliau menulis sebuah kalender pada tahun 1550, yang untuk kali pertamanya me'latin'kan namanya dari Nostradamus menjadi 'Nostradamus'. Beliau sangat terkenal dengan aneka tulisannya. Jika dikumpulkan semuanya, terdapat 6.338 ramalan (kebanyakannnya ramalan yang gagal), dan tidak kurang juga sebelas kalendar tahunan. Terdapat banyak bangsawan dan orang yang terkenal dari jauh kemudiannya mula berminat untuk menanyakan nasihat dan ramalannya.


Karena karangan ramalannya kebanyakan tidak bertarikh, Nostradamus diancam oleh kaum agama. Karangan tersebut diterbitkan sebagai buku yang bertajuk Les Propheties (ramalan), telah mendapat pelbagai reaksi apabila diterbitkan. Sebagian orang menuduh Nostradamus adalah pemuja setan, palsu atau gila. Nostradamus takut dituduh menentang agama, ia pun mengelak bahwa ramalan dan astrologi tidak termasuk dalam kategori agama. Namun ia diancam jika mengamalkan sihir untuk menyokong ramalannya. Karena argument pembelaan dan ketaatannya, Nostradamus berhubungan baik dengan pihak Gereja. Ia hanya ditahan sebentar di Marignane tahun 1561, karena menerbitkan kelender tahun 1262 tanpa ijin Uskup.


Pada malam 1 Juli, ia memberitahu sahabatnya Jean de Chavigny, "Kamu takkan mendapati saya hidup lagi menjelang matahari terbit." Keesokaan paginya Nostradamus ditemui wafat dan dimakamkan di dekat kapel Fransiskan. (yang sebagiannya kini menjadi restoran La Brocherie). Jasad Nostradamus dipindahkan ketika Revolusi Perancis ke sebuah tempat di Collégiale St-Laurent sehingga kini.


Jangan Dipertentangkan, Jangan Dikompromikan

Pelajaran berharga perjumpaan antara ramalan, astrologi, horoskop dengan iman di masa lalu memberikan kesimpulan bahwa perspektif ilmiah dan religius tak perlu dipertentangkan. Juga pertentangan antara agama dan sains dalam masalah-masalah seperti teori evolusi, realitas kuantum maupun teori genom. Karena pada dasarnya, sains dan agama merupakan dua perspektif yang berbeda dalam menjelaskan dunia dan kehidupan.


Budi Hardiman, dalam seminar The Future of Religion-Science Dialogue di Universitas Paramadina, Jakarta (13/12) mengatakan, perspektif ilmiah melihat alam sebagai dunia obyektif. Fakta-fakta tunduk pada hukum alam. Dengan menggunakan perspektif tersebut dibuat ramalan tentang peristiwa dan manipulasi teknis atas alam. Akan tetapi, manusia tidak melihat alam hanya sebagai fakta-fakta, melainkan juga sebagai dunia yang dihayati.


Adapun perspektif religius melihat alam dalam kaitan dengan kenyataan dan penghayatan eksistensial. Bukan kebenaran faktual, tetapi kebenaran transendental. Masing-masing punya kebenarannya, tetapi pada tahapan tertentu ada hubungan-hubungan. Keduanya sama penting dan bermakna.


Dia mencontohkan, bencana tsunami dari perspektif ilmiah merupakan peristiwa dalam dunia obyektif yang dapat dikalkulasi secara geologis. Di sisi lain, perspektif religius memaknai tsunami secara eksistensial dan transendental sebagai perjumpaan dengan hal-hal yang melampaui rasionalitas.


Pembedaan atas dua perspektif tersebut akan memperlihatkan bahwa sains tidak mempersoalkan kebenaran eksistensial dan transendental, seperti juga agama tidak berpretensi untuk menjadi sains yang memberikan penjelasan tentang kebenaran faktual.


Sementara itu, Hamid Parsania, Rektor Baghir Al-Ulum University, Teheran, mengatakan bahwa dalam perkembangan ilmu pengetahuan—terutama pada abad ke-19— sains dimaknai sebagai pengetahuan yang tangible (indrawi) dan dapat dibuktikan.


Makna sains sebagai pengetahuan yang berusaha menjelaskan alam semesta dan dalam perkembangannya dituntut pula mengajarkan nilai-nilai pada masyarakat. Sains kemudian berkembang dan muncul ahli-ahli yang berpendapat bahwa sains tidak bisa lepas dari sumber- sumber lain.


Pada tahun 1988, Stephen Hawking menulis dalam bukunya A Brief History Of Time. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dr A. Hadyana Pudjaatmaka dan judulnya dirubah menjadi Riwayat Sang Kala terbitan P.T. Pustaka Utama Grafiti.


Dalam bukunya itu ia menjawab pernyataan Paus dihalaman 116, sebagai berikut: "I was glad then that he did not know the subject of the talk I had just given at the conference - the possibility that space-time was finite but had no boundary, which means that it had no beginning, no moment of Creation." Ia juga menulis di halaman 140: "So long as the universe had a beginning, we could suppose it had a creator. But if the universe is really completely self-contained, having no boundary or edge, it would have neither beginning nor end: it would simply be. What place, then, for a Creator?"


Meskipun ilmiah, namun Stephen Hawking tidak menuntut bahwa teorinya harus diterima sebagai mutlak benar. Ia menulis di halaman 11-12 sebagai berikut: Setiap teori fisika selalu bersifat sementara, dalam arti teori itu hanyalah suatu hipotesis; Anda tidak pernah dapat membuktikannya. Tidak peduli berapa kali hasil-hasil eksperimen cocok dengan suatu teori, Anda tidak pernah dapat merasa pasti bahwa lain kali hasil itu tidak akan berlawanan dengan teori itu. Di pihak lain Anda dapat membuktikan bahwa suatu teori itu salah dengan menemukan suatu pengamatan, bahkan satu saja sudah cukup, yang tidak cocok dengan ramalan itu. (Any physical theory is always provisional, in the sense that it is only a hypothesis: you can never prove it. No matter how many times the results of experiments agree with some theory, you can never be sure that the next time the result will not contradict the theory. On the other hand, you can disprove a theory by finding even a single observation that disagrees with the predictions of the theory)


Stephen Hawking setuju dengan filsuf Karl Popper (1902-1994) dan Sir James Jean (1877-1946), bahwa sebuah teori tidak pernah dapat dibuktikan benar. Ini tentu juga berlaku bagi teori-teori ciptaan Stephen Hawking sendiri. Jadi Stephen Hawking tidak pernah mengatakan bahwa teorinya mutlak benar. Ia bahkan berpendapat bahwa teorinya tidak pernah dapat dibuktikan benar. Jadi para teolog tidak harus berkompromi dengan teori Stephen Hawking. Terlebih mengingat Stephen Hawking sendiri adalah seorang ateis dan percaya bahwa alam semesta berasal dari dentuman besar. Meskipun harus diakui bahwa Hawking sangat toleran terhadap teori kreasi atau teori penciptaan. Bagi mereka yang percaya bahwa Allah menciptakan alam semesta ini di halaman 10-11 sebagai berikut: Orang masih dapat membayangkan bahwa Tuhan menciptakan jagat raya pada saat dentuman besar itu. Atau bahkan sesudahnya, hanya dengan cara sedemikian agar tampak seakan-akan sebelum itu ada dentuman besar. (One could still imagine that God created the universe at the instant of the big bang, or even afterwards in just such a way as to make it look as though there had been a big bang, ......)


Kesimpulannya, perspektif ilmiah serupa ramalan, astrologi, horoskop dengan hitung-hitungannya dan perspektif religius tak perlu dipertentangkan sekaligus jangan dikompromikan.

Roh Kudus

Alkisah, ketika tahun 1958 Paus Pius XII wafat, Kardinal Spellman memang memiliki ambisi untuk menjadi Paus. Ia pun membaca Ramalan St Malachi (Proph. De la succession des papes), yang baru diketemukan oleh Abbe Cucherat pada tahun 1590.
Berdasarkan ramalan Malachi (1094-1148), Uskup Armagh, Irlandia Utara, pengganti Pius XII ini adalah seorang Paus yang akan dikenal sebagai Pastor et Nauta (Gembala dan Pelaut). Malachi memang membuat ramalan mengenai 111 calon Paus mendatang, dimulai dari Paus Celestinus II (1143) dengan gelar simbolis.


Begitulah, menurut buku Peter Bander, The Prophecies of Malachy (1969), menjelang konklaf 1958, Kardinal Spellman kemudian menyewa sebuah kapal, mengisinya dengan domba-domba, dan berlayar mondar-mandir di Sungai Tiber, Roma. Sayang, ambisi Spellman tidak terwujud. Konklaf 1958 memilih Kardinal Roncalli dari Venesia sebagai pengganti Pius XII.
Menurut para ahli tafsir ramalan Malachi, Pastor et Nauta itu ternyata menunjuk pada laut sekeliling Venesia, tempat di mana Roncalli menjadi gembala (pastor) umat sebelum terpilih menjadi Paus dengan nama Yohanes XXIII. Pada masa kepausannya (1958-1963), Gereja memang kemudian menjadi lebih inklusif, mengakui kebenaran agama-agama lain, dan mampu menggerakkan dunia untuk memperjuangkan perdamaian tanpa batasan negara, bangsa, atau lautan.


Waktu ramalan ini ditulis oleh Malachi sekitar tahun 1139, teori Copernicus belum ada. Bumi masih dianggap sebagai pusat semesta dan matahari yang mengelilingi Bumi. Lalu, apa ciri Paus ke-265 mendatang ? Ramalan Malachi menyebutnya sebagai Gloria Olivae (Kemuliaan Zaitun). Pada umumnya, zaitun, khususnya daun zaitun, merupakan lambang perdamaian. Apakah ini berarti bahwa hasil konklaf akan menghasilkan seorang Paus yang memiliki kemampuan untuk menciptakan perdamaian ? Perdamaian macam apa ? Tidak ada yang tahu.


Ramalan boleh berbicara, tetapi para kardinal yang mengikuti konklaf meyakini bahwa kerja dan tindakan mereka selama pemilihan Paus merupakan hasil dari karya Roh Kudus. Bahasa orang biasa, semuanya harus dilakukan setelah melalui keheningan doa kepada Yang Ilahi. Oleh karena itu, sudah menjadi tradisi ketika konklaf berlangsung, semua orang Katolik diminta untuk berdoa, melepaskan segala analisis dan hitungan matematika manusia. Lupakan segala primordialisme manusiawi. Berpasrahlah dan biarlah Roh itu mengalir bebas.


Kitab Suci Dan Ajaran Gereja

Kita ingat bahwa perintah Allah yang pertama mengatakan, "Akulah TUHAN, Allahmu. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." Ketika ditanya hukum manakah yang terutama, Tuhan kita Yesus Kristus, dengan mengulang perintah yang ada dalam Kitab Ulangan, mengatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" (Mat 22:37). Sementara Tuhan, menurut kehendak-Nya, dapat mewahyukan masa depan kepada para nabi atau para kudus, kita sebagai pribadi wajib senantiasa percaya akan penyelenggaraan ilahi-Nya.


St. Paulus mengingatkan kita, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm 8:28). Mungkin terkadang kita juga memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang, namun demikian kita mengandalkan hidup kita pada Tuhan, percaya penuh akan kasih sayang dan pemeliharaan-Nya.


Berusaha mengetahui masa depan dengan membaca tangan, kartu ramal, atau bentuk-bentuk ramalan lainnya, atau berusaha mengendalikan masa depan melalui black magic, ilmu gaib atau sihir, merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah yang pertama.


Kitab Suci banyak mengutuk praktek-praktek ini: dalam Perjanjian Lama kita dapati, "Seorang ahli sihir perempuan janganlah engkau biarkan hidup" (Kel 22:18), "Siapa yang mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah ia ditumpas." (Kel 22:20). "Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri" (Im 20:27), dan "Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN…." (Ul 18:10-12).


Perjanjian Baru juga membicarakan masalah ini: Dalam Kisah Para Rasul, di Filipi St Paulus bertemu dengan seorang hamba perempuan "yang mempunyai roh tenung" yang mendapatkan penghasilan besar dengan tenungan-tenungannya. St Paulus membebaskannya dari roh jahat itu (Kis 16:16 dst). Dalam ayat-ayat lain, kita dapati kutukan-kutukan terhadap sihir dan praktek-praktek gaib pada umumnya. St Paulus mengutuk seorang tukang sihir (Gal 5:20). Dalam Kisah Para Rasul, St Paulus mencela Elimas, tukang sihir, dan menyebutnya sebagai "anak Iblis, engkau musuh segala kebenaran" (Kis 13:8 dst). St Petrus mengecam Simon, si tukang sihir, yang bermaksud membeli kuasa Roh Kudus guna menjadikan diri lebih berkuasa (Kis 8:9 dst). Dalam Kitab Wahyu, Yesus memaklumkan, "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua" (Why 21:8).


Katekismus Gereja Katolik dalam menjelaskan perintah Allah yang pertama, mengulang kutukan terhadap praktek ramalan, "Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat `membuka tabir' masa depan. Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah" (No. 2116). Segala praktek dengan mempergunakan kuasa-kuasa gaib dikutuk karena bertentangan dengan agama yang benar dan biasanya dianggap sebagai dosa berat. Segala bentuk permohonan kepada setan jelas merupakan dosa berat.


Sekedar membaca horoskop di koran karena iseng bukanlah dosa berat. Tetapi menganggapnya serius, meyakini ramalan, lalu melupakan Allah, meninggalkan Allah, tidak percaya lagi kepada Allah, tidak mengandalkan kekuatan dan pertolongan Allah, tidak berdoa, tidak ke Gereja, tidak mendapatkan Sakramen, bukan sikap orang beriman yang baik.


A. Luluk Widyawan, Pr. dari berbagai sumber

Penemuan Makam Yesus

Baru-baru ini di situs www.discovery.com ditampilkan penemuan situs makam Yesus dan Keluarga Kudus. Penemuan itu tepatnya di Yerusalem. Majalah Haarlems Dagblad, terbitan tanggal 23 Februari 2007 lalu menginformasikan lebih jelas. Terbitan itu memuat laporan seorang pembuat film dokumenter asal Kanada. Dalam jumpa pers ia berkeyakinan telah menemukan kuburan dari Yesus asal Nasareth. Ia meyakinkan bahwa penyelidikan tersebut telah memakan waktu yang cukup lama. Penyelidikan itu bahkan dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya para arkeolog, ahli sejarah, pakar tulisan kuno dan spesialis DNA.
Dalam laporan penelitian dikatakan, kuburan yang ditemukan tersebut berada di Talpiot, yang masih dalam wilayah Yerusalem. Didalam gua kecil yang dipercaya sebagai kuburan tersebut, team peneliti menemukan 10 sisa - sisa dari peti mati. Dimana tertulis nama-nama diatas sisa-sisa peti tersebut. Nama-nama yang ditemukan, diantaranya: Yesus, anak Yosef, Yudah, anak Yesus dan dua kali nama Maria, yang dimaksud adalah Maria Magdalena, dan Maria ibu Yesus. Tak heran, penemuan menghebohkan ini segera menjadi headline harian nasional Israel, Yediot Ahronot.
Aneka ReaksiEntah sampai kapan, Gereja harus menghadapi aneka kontroversi. Sejak dulu selalu ada kontoversi, jauh sebelum heboh buku The Da Vinci Code karya Dan Brown. Kontoversi teori tentang Yudas sebagai pembuka jalan bagi Yesus menuju kebangkitan yang menyelamatkan yang muncul tahun 2006 lalu, hingga kini penemuan makan Yesus.
Sebenarnya penemuan gua sebagai makan Yesus bukanlah hal yang baru. Gua tersebut telah ditemukan pada tahun 1980. Sejak saat itu dilakukan penyelidikan terus- menerus. Hasilnya adalah film dokumenter berjudul The Burial Cave Of Jezus yang dirilis sebagai kerjasama dari Simcha Jacobovici (pemuat film asal Kanada tetapi berdarah Israel), dan James Cameron (pemenang tiga piala Oscar, dan pembuat film Titanic dan The Terminator). Film dokumenter ini, rencananya dalam waktu dekat akan ditayangkan di World Discovery Channel. Di Minggu bulan Maret 2007, tepat di masa menjelang peringatan Paskah, akan dilaksanakan konferensi pers di New York. Bukan tidak mungkin waktu yang tepat dan isu yang menarik, justru akan membuat film tersebut makin laris.
Namun, Amos Kloner, arkeolog asal Israel yang juga terlibat langsung dalam team penelitian gua tua tersebut justru berkomentar, "Memang, tampaknya seperti cerita yang bagus. Tetapi untuk menyebut bahwa penemuan itu sebagai makan Yesus, bukti-bukti yang ada amatlah sedikit". Karena menurutnya, nama-nama yang ditemukan dalam peti tersebut sudah bukan hal yang istimewa. Sejak 2000 tahun yang lalu, sudah hal yang biasa memberikan nama-nama tersebut bagi orang-orang Yahudi, katanya kepada majalah Haarlems Dagblad. Sementara Paul Verhoeven, sutradara flm asal Belanda, yang juga bekerja di Hollywood mengatakan, "Memang indah untuk menikmati khayalan seperti itu".
Teori Dan ImanHarus diakui, Injil memuat pewartaan mengenai Sabda dan Karya Yesus, yang dapat disebut semacam riwayat hidup Yesus. Injil memuat pula informasi yang ada kaitannya dengan segi kesejarahan tentang kelahiranNya, tentang pewartaanNya, termasuk juga tentang sengsara, wafat dan yang paling penting, tentang kebangkitan-Nya.
Ada banyak sekali hal, yang dalam Injil hanya dikemukakan secara sangat samar-samar, karena maksud Injil ditulis memang pertama-tama bukan sebagai catatan sejarah, tetapi sebagai pewartaan. Misalnya maksud Injil Yohanes ditulis dalam Yoh 20:30 "Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya".
Berkaitan dengan kesejarahan Injil pada khususnya dan Kitab Suci pada umumnya, sikap Gereja jelas. Dei Verbum, No. 19. menyebutkan kesejarahan memang penting sekali. Sebab jika tidak, iman kepercayaan kita akan menjadi seperti apa yang dikemukakan Petrus atau Paulus: yakni iman yang hanya didasarkan atas isapan jempol (Bdk., 2 Ptr 1:16) atau pada dongeng nenek-nenek tua (Bdk., 1Tim 4:7). Data-data sejarah yang termasuk (karena tidak dimaksudkan sebagai tujuan pertama dan utama) dalam pewartaan sabda dan karya Yesus (terutama dalam Injil-injil), banyak sekali yang kemudian dijadikan obyek dan pintu masuk penelitian para ahli, di masa kini.
Tentu karena memenuhi rasa ingin tahu dan mencari kebenaran sejarah. Misalnya, sebagaimana pertanyaan yang selalu menginspirasi para ahli semacam tentang bintang ang tampak pada saat kelahiran Yesus. Apakah itu ? Komet ? Atau meteor ? Lalu mereka mulai menyelidiki, entah berdasarkan perhitungan astronomis dapat diidentifikasikan adanya lintasan suatu badan angkasa yang begitu mendekati bumi pada waktu itu. Kapan waktu itu ? Pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (Bdk., Luk 2:1). Kapan persisnya? Pada waktu Kireneus menjabat Wali Negeri di Syria (Bdk., Luk 2:2) dan berbagai pertanyaan kritis dan detil lainnya. Pada akhirnya para ahli berteori atau berhipotesa bahwa bintang yang nampak terang benderang pada waktu Yesus lahir itu adalah Comet Halley, atau teori dan hipotesa lainnya, yang beraneka.
Begitu juga tentang tempat Yesus dilahirkan, yang rupanya pasti tidak di suatu rumah (Bdk Luk 2:7), tetapi di sebuah tempat tinggal binatang, karena Ia dibaringkan di palungan. Karena pada waktu itu para gembala biasa berteduh bersama ternaknya di gua-gua, maka dicarilah gua di sekitar Bethlehem yang berdasarkan data-data lain. Juga didukung dengan data dari tradisi lisan maupun tradisi tulisan, yang mungkin menjadi petunjuk tempat kelahiran Yesus. Maka orang sampai pada teori dan hipotesa tentang salah satu gua di sana: inilah tempat Yesus dilahirkan. Biasanya, kalau sudah ada teori atau hipotesa sedemikian, apalagi kalau itu sangat mungkin, dan tidak ada argumen atau bukti sebaliknya yang melawannya, orang menerimanya. Tetapi sebagai teori dan hipotesa, bukan sebagai kepastian yang tak dapat diganggu-gugat.
Begitulah yang terjadi tentang makam Yesus. Kitab Suci memuat informasi, bahwa Yesus wafat (Bdk., Mat 27:50; Mrk 15:37; Luk 23:46;Yoh 19:30.33-34). Ia dikuburkan (Bdk., Mat 27:59-60; Mrk 15:46; Luk 23:53; Yoh 19:42). Sekarang di Yerusalem ada suatu tempat yang dipercaya sebagai kubur Yesus (tempatnya ada di dalam Gereja Makam Yesus) yang menjadi tempat peziarahan terkenal. Pastilah tempat tersebut sejak tahun-tahun pertama kekristenan diteorikan dan dihipotesekan sebagai kubur Yesus dan diterima sebagai yang paling mungkin dan masuk akal.
Teori dan hipotese tersebut tak menjadi masalah. Namun, apakah itu memang makam tempat jenazah Yesus dulu pernah dibaringkan ? Tidak ada seorangpun yang bisa memastikannya. Oleh karena itu pencarian kepastian inilah yang diharapkan bisa diperoleh dan boleh tetap berjalan terus. Berbagai penemuan pernah dilaporkan, tentu saja dengan berbagai bukti yang konon tidak bisa dibantah lagi. Namun muncul juga banyak sanggahan dan keberatan terhadap teori atau hipotesa itu. Dan omong kosong sajalah penemuan baru dengan bukti dan data-data itu.
Sekalipun banyak teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru yang muncul, sikap resmi Gereja terkesan tidak terlalu pusing. Karena pada akhirnya aneka penemuan baru tidak mengubah iman kepercayaan kepada Yesus, kebangkitanNya dan lain-lain. Memang harus diwaspadai, justru pokok iman inilah yang sering dijadikan sasaran akhir dari aneka teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru.
Penemuan makam Yesus dijadikan alasan, misalnya, untuk menolak percaya kepada Yesus, menolak kebangkitanNya, ke-Allah-anNya dan lain sebagainya. Karena, ada orang yang memang berusaha untuk mematahkan iman kepercayaan kepada Yesus itu. Jalan pikirannya sederhana, jika bisa menemukan makam Yesus dan di sana ditemukan tulang-tulang, maka Yesus tidak bangkit, bukan Allah dan seterusnya. Tak jarang, argumen menentang iman ini disertai dengan kutipan dari Injil supaya lebih meyakinkan. Misalnya memakai kutipan Injil tentang Yesus yang bangkit hanya diberitakan bahwa makamNya kosong (Bdk., Mat 28; Mrk 16; Luk 24; Yoh 20). Data makam kosong pun dapat menjadi alasan orang berteori dan berhipotesa bahwa Yesus tidak dikuburkan di situ atau Yesus tidak mati, tidak bangkit, maka Yesus bukan Allah dan lain sebagainya.
Teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru yang muncul sekali lagi tidak perlu memusingkan dan mengubah iman Gereja. Sekalipun banyak teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru selalu ada muncul argumen penentangnya dengan teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti pula.
Harus diakui, dalam sejarah Gereja berabad-abad lamanya, Gereja sudah biasa mendapat berbagai pendapat yang seolah-olah memojokkan dan menyulitkan Gereja. Di era yang sangat modern maka, siapapun, lewat cara apapun dapat mengajukan teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru. Juga dengan bumbu sensasional. Namun Gereja tak mungkin dan tak perlu menanggapi semuanya. Gereja juga menghargai kebebasan berpendapat. Jika terbukti secara meyakinkan bahwa tori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru, dalam hal ini tentang makam itu benar makam Yesus, tetaplah bukan sebuah argumen yang melawan iman Gereja. Iman Gereja adalah satu keyakinan dan yang terpenting, Yesus telah bangkit.


Ditulis oleh A. Luluk Widyawan, PR.
Senin, 12 Maret 2007