30 March 2007

Tri Tunggal Mahakudus

Bagaimanakah caranya memahami Tritunggal (Trinitas)?
Ini adalah dogma Kristiani yang penuh misteri sekaligus penuh tantangan. Tetapi seharusnya kita dapat menjawab pertanyaan orang lain tentang Tritunggal dan tidak menyerah begitu saja dengan mengatakan bahwa Itu adalah misteri Allah. Untuk memahami Tritunggal, kita harus kembali kepada kitab pertama dalam Taurat (Perjanjian Lama), yaitu Kitab Kejadian (Genesis).
Berikut adalah petikan dari Kitab Kejadian 1:1-3.
1. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
2. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
3. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.
Jika kita perhatikan, maka kita akan menyadari bahwa ada 3 Pribadi yang terlibat di sini, yaitu: Allah, Firman Allah, dan Roh Kudus. Adanya Pribadi lebih dari 1 ini didukung dengan adanya dialog Allah dan bagaimana Allah menyebutkan diri-Nya sebagai “Kita”.
Saya mengacu pada Kitab Kejadian karena kitab ini merupakan kitab pertama yang menyatakan keberadaan Allah, peran Allah dalam penciptaan alam semesta dan manusia sekaligus catatan pertama interaksi Allah dengan manusia. Bagi saya pernyataan tentang Allah di kitab ini amat-sangat utama, terutama dan pertama. Kitab Kejadian (bagian dari Taurat) dijamin oleh Yesus Kristus tidak akan berubah sepanjang masa. Bahkan lebih mudah bumi dan langit lenyap dari pada 1 titik dari Taurat dibatalkan (Mat 5:18; Luk 16:17).

Sebelum membaca lebih lanjut, Anda harus berinterospeksi terlebih dahulu. Bukalah mata hati dan pikiran Anda, baru teruskan membaca. Berikut adalah test untuk Anda sebelum melanjutkan membaca sisa artikel ini:

1. Jika Anda mengakui bahwa Kitab Kejadian ini adalah benar dan memiliki integritas tinggi, kudus dan memiliki kesucian yang tidak bernoda, silakan baca sisa artikel ini.
2. Tetapi jika Anda memandang bahwa Injil (Alkitab) telah diubah sehingga dianggap tidak asli dan kehilangan kesucian dan kekudusannya, silakan untuk tidak membacanya. Tetapi jika Anda tetap ingin membacanya, silakan membacanya dengan hati-hati, dengan rendah hati disertai pikiran dan hati yang terbuka.

Mengapa begitu? Soalnya ada banyak sekali orang yang menganggap bahwa Injil telah diubah dan kehilangan kesuciannya. Padahal tidak! Sekali lagi: tidak! Anda tidak perlu meragukan kesuciannya. Walau pun banyak versi terjemahan Kitab Suci di seluruh dunia, tetapi Alkitab tetap Suci dan Kudus!

Yesus Kristus sendiri telah bersabda:

“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35; Mar 13:31; Luk 21:33).

“Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat 5:18)

“Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.” (Luk 16:17)
Bahkan Al Quran pun bersaksi tentang keaslian Firman Allah, yaitu Alkitab (Al Kahfi 18:27; Al Hijr 15:9). Selain itu disebutkan juga bahwa umat beriman (muslim) agar: “menjaga Kitab (Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu” (Al Baqarah 2:2-4) dan memerintahkan Muhammad untuk mencari pertolongan dari para ahli Alkitab (Yunus 10:94). Jika Injil dianggap telah diubah dan kehilangan kesuciannya dan Anda meragukannya, maka Alquran gagal menjaganya!

Dialog Allah
Proses penciptaan ini dilukiskan dalam bentuk dialog yang tentu saja melibatkan lebih dari 1 pribadi – dalam hal ini terdapat 3 Pribadi. Gaya bahasa dalam Kitab Kejadian ini juga mendukung adanya dialog. Gaya penulisan ini tidak mungkin merupakan monolog.
Apakah Anda mengklaim bahwa Allah berbicara sendiri? Apakah Anda dalam hal ini meragukan integritas Allah karena berbicara sendiri? Berikut adalah kutipan tentang penciptaan manusia dari Kitab Kejadian 1:26.

26Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
Sedangkan ketika Allah berbicara pada manusia, Dia menggunakan kata “Aku” yang artinya: interaksi dengan manusia dilakukan oleh 1 Pribadi saja. Berikut petikan dari Kej 1:29.
29Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.”

Artinya tidak ada yang salah dengan Kitab Kejadian! Penggunaan kata “Kita” memang benar-benar menunjukkan Pribadi yang jamak, sedangkan penggunaan “Aku” benar-benar tunggal.

Misteri 3 Pribadi yang Tunggal
Memang bagi sebagian orang akan sulit memahami adanya 3 Pribadi yang Tunggal ini. Dari ayat Kej 1:1 akan banyak mengundang debat. Mereka menganggap bahwa Allah dan Roh Allah itu adalah satu. Memang benar! Tetapi mengapa Kitab Kejadian menyebutkan: “Allah” dan “Roh Allah melayang-layang” yang nyata-nyata dipisahkan? Suatu misteri bukan? Apakah tidak lebih baik jika semuanya konsisten dan menyebutkannya sebagai: “Allah” saja?
Tetapi ternyata tidak demikian! Justru konsistensi terjadi dengan penyebutan yang berbeda bagi ke-3 Pribadi yang Tunggal tersebut, yaitu: Allah, Firman Allah (Putera Allah), dan Roh Allah (Roh Kudus).

Sebuah wacana manusia mengusulkan analogi telur. Walau pun tidak pernah tepat benar, tetapi sedikit memberikan wacana. Berikut wacana tersebut: Telur itu terdiri dari kulit telur, putih telur dan kuning telur. Mereka bermakna telur jika ketiganya menyatu. Tetapi ketika diuraikan, mereka tidak dapat disebutkan sebagai telur, tetapi hanya kulit telur saja, putih telur saja, atau kuning telur saja. Jika ketiganya diuraikan, mereka bukan telur!
Ada juga yang memberikan wacana dengan mencoba menganalogikan sebagai air yang memiliki 3 bentuk, yaitu: uap, cairan dan es. Semuanya adalah air! Walau pun demikian mereka adalah air juga yang memiliki 3 bentuk.

Kedua wacana manusiawi di atas tidak bisa menggambarkan Tritunggal Mahakudus Allah dengan baik. Demikian pula dengan wacana-wacana baru lain yang diusulkan manusia. Semuanya tidak pernah akan dapat menggambarkan Allah! Mengapa?
Jawabannya jelas: kita hanya manusia! Tidak mungkin kita menggambarkan Allah menurut ukuran, kemampuan dan pikiran manusiawi kita. Jadi, berupaya menggambarkan Allah secara manusiawi tidak akan pernah bisa kita lakukan. Yang patut disesalkan adalah adanya sebuah upaya sebuah kitab yang mencoba menggambarkan Allah sebagai Zat. Saran saya adalah: jangan mencoba menggambarkan Allah secara materialistik! Karena Allah bukan zat atau pun material lainnya.

Lalu bagaimana? Tidak akan pernah ada penjelasan yang manusiawi mengenai hal ini. Yang harus kita lakukan adalah dengan mengimaninya. Kita harus melihatnya dengan kaca mata iman. Bukalah mata hati dan pikiran Anda dengan rendah hati. Berserahlah dan percayalah pada Alkitab. Gantungkan kepercayaan Anda padanya. Karena Kitab Suci adalah Firman Allah yang tertulis bagi manusia.

Logika dapat Anda pakai untuk memahami Alkitab, seperti yang saya lakukan, yaitu dengan menyadari bahwa ada 3 Pribadi Mahakudus yang terlibat sebagai Allah! Mereka adalah Allah, Firman Allah dan Roh Allah. Mereka 3 Pribadi tetapi tetap Tunggal!

Putera Tunggal Allah
Umat Kristiani mengimani adanya Pribadi yang kedua, yaitu Putera Allah. Kitab Yohanes dengan baik sekali melukiskan Pribadi Putera Allah ini dalam Yoh 1:1.
1Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Penjelasan ini baik sekali sekaligus menjelaskan Kej 1:3 bahwa Firman itu benar-benar sebagai Pribadi yang ke-2. Dan kemudian dijelaskan pula bahwa Firman Allah ini menjelma (ber-inkarnasi) menjadi manusia dalam Yoh 1:14.
14Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemulian-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Tampak bahwa Firman itu menjelma menjadi manusia dan Allah Bapa memberikan kemuliaan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Artinya adalah benar bahwa Yesus Kristus adalah Anak Tunggal Bapa dan kita menyebutkan-Nya sebagai Putera Allah yang tunggal.
Jangan mencoba memahami proses peranakan Allah ini seperti halnya proses peranakan pada manusia. Proses peranakan Allah tidak menggunakan cara manusia yang dilakukan secara biologis (sex). Tetapi peranakan Allah dari Roh Kudus.
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. (Mat 1:18)
… “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Mat 1:20)
Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk 1:35)

Kesatuan 3 Pribadi yang Tunggal
Walau pun ada 3 Pribadi yang berbeda, tetapi Allah tetap Satu dan Esa. Mereka adalah tetap Allah walau pun memiliki bentuk yang berbeda. Berikut adalah beberapa kutipan dari Kitab Suci:
“Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:30)
“… bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” (Yoh 10:38)
“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.” (Yoh 17:22)
“… Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dia-lah yang melakukan pekerjaan-Nya.” (Yoh 14:10)
Yesus Kristus adalah manifestasi kesucian Firman Allah. Apa yang difirmankan Yesus Kristus tidak akan lekang dimakan jaman, karena Yesus Kristus adalah Firman Allah itu dan kekal adanya.
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35; Mar 13:31; Luk 21:33).

Penutup
Dalam artikel ini saya tidak mencoba menganalogikan atau berupaya menjelaskan Tritunggal Mahakudus secara manusiawi mau pun secara logika. Wacana analogi telur dan air adalah sumbangan pemikir lain yang saya rasa tidak akan pernah dapat menjelaskan Tritunggal Mahakudus dengan baik. Mungkin sedikit membantu, tetapi tidak akan pernah dengan sempurna menjelaskan Tritunggal Mahakudus.
Dalam artikel ini saya hanya mencoba untuk mengumpulkan fakta dari Injil bahwa Tritunggal Mahakudus ini tersirat dan tersurat. Tidak perlu mencoba menganalogikan atau memanusiawikannya karena akan malah menyesatkan.
Tetapi terimalah dengan iman Anda. Anda tidak perlu berupaya keras mencoba memahaminya. Karena mencoba memahaminya berarti Anda mencoba memahami Allah. Suatu usaha yang amat-sangat berat. Atau boleh saya katakan: suatu usaha yang sia-sia dan mustahil. Tidak mungkin pikiran manusiawi kita yang terbatas ini dapat menampung pikiran Allah yang Mahakudus, Mahamengetahui dan segenap Maha yang lain.
Jika Anda meragukan esensi Tritunggal Mahakudus ini, maka Anda meragukan Kitab Suci! Jika Anda meragukan integritas Tritunggal Mahakudus ini, maka Anda meragukan Firman Allah yang tertulis dalam Kitab Suci! Anda harus tahu: Kitab Suci tetap Suci dan Kudus, selama-lamanya.
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35; Mar 13:31; Luk 21:33).

Tuhan dan Kejahatan

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini,

"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?"
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam. Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Ditulis oleh A. Luluk Widyawan, PR

Ramalan, Ilmiah dan Religius

Tahun 2006 akan telah kita tinggalkan. Tahun baru 2007, kita masuki. Tentu saja dengan semangat serta harapan baru. Akino W Azzaro, serorang peramal mengatakan, situasi buruk yang terjadi tahun 2005 dan 2006, akan membaik tahun 2007. Seperti diketahui, sesuai penanggalan Cina, tahun 2004 adalah tahun Monyet Kayu, 2005 tahun Ayam Kayu, dan 2006 tahun Anjing Api, sementara tahun 2007 adalah tahun Babi Api. Tahun 2007, tahun babi api, inilah saat kita seperti babi yang merangkak lagi.

Pada umumnya ramalan di awal tahun selalu menjadi perhatian. Entah itu ramalan horoskop maupun shio. Banyak orang yang ingin mendapatkan bocoran mengenai nasib maupun hoki di tahun 2007 ini. Lainlagi bagi peramal, mengatakan ramalan ini sangat menyenangkan, sebab tidak akan ada orang yang ngambek ataupun minta ganti rugi apabila ramalannya meleset. Disamping itu dapat penghasilan tambahan dari orang yang datang untuk diramal.


Ada banyak sumber mengenai ramalan. Antara lain dari horoskop, shio, astrologi atau bahkan feng shui. Kata horoskop diserap dari bahasa Yunani, horoskopos yang berarti melihat jam. Melalui jam waktu kelahiran seseorang bisa ditentukan selainnya lambang zodiac dari orang tersebut juga bisa diramal mengenai sifat kepribadian maupun jalan hidupnya dari orang itu.


Astrologi atau ilmu perbintangan kata ini juga diserap dari bahasa Yunani, dimana berdasarkan letak posisinya dari berbagai benda langit mereka bisa meramalkan nasibnya seseorang. Astrologi sudah dikenal sejak jaman Babilonia sekitar 4.000 tahun yang lampau. Pada saat sekarang ini ada tiga macam astrologi yang cukup dikenal ialah astrologi barat, astrologi Tionghoa (shio) dan astrologi India (Iyotisha).


Astrologi Tionghoa adalah astrologi yang tertua, walaupun mereka menggunakan hewan sebagai lambang, tetapi ini tetap ada kaitannya dengan ilmu perbintangan. Lima elemen utama dari ramalan ini adalah Venus = metal (emas), Jupiter = kayu, Mercury = air, Mars = api dan Saturn = tanah. Seni ramalan yang sesungguhnya dalam astrologi Tionghoa lebih dikenal dengan sebutan Zi Wei Dou Shu (Ramalan Bintang Ungu).


Soal ramal meramal itu tentu bukan perkara gampang. Orang boleh memprediksikan waktu dan tahun yang sama maupun letak Posisi bintang yang sama, tetapi hasilnya bisa berbeda. Peramal satu memprediksikan bahwa tahun 2007 ini adalah tahun keberuntungan sedangkan yang lain menilai agar kita lebih mawas diri. Jadi sukar bagi kita untuk percaya kepada ramalan si A ataukah si B. Dalam istilah psikologi ini lebih dikenal dengan sebutan Barnum Efect atau Forer Efect kita otomatis bisa menerima dan mempercayai pendapat seseorang, karena dari awal mulanya kita sudah terpengaruhi.


Di Eropa pernah diadakan test untuk menguji para pakar astrologi, untuk mengetahui dimana letak posisinya ke delapan planet-planet besar, ternyata pengetahuan yang sedemikian mudah dan mendasar sekalipun juga lebih dari 70% tidak dapat mengetahuinya. Bagaimana mereka bisa menghitung dan mengartikan nasib orang lain, apabila letaknya saja sudah tidak tahu dimana?


Berdasarkan test lainnya yang dilakukan oleh majalah Stern dari semua ramalan para astrologi yang paling top di Eropa, ternyata dari hasil keseluruhan ramalannya selama satu tahun hanya tiga persen saja yang mungkin secara kebenaran telah menjadi kenyataan alias jitu ramalannya.


Berbagai macam aliran agama menilai, bahwa ramal-meramal itu haram. Tetapi apakah anda tahu bahwa banyak orang masih percaya ramalan. Tidak bisa dipungkiri di berbagai macam majalah dan surat kabar, yang menjadi rubrik tetap dan populer adalah horoskop. Bahkan dalam diri kita, kalau kita tidak percaya akan segala macam bentuk ramalan kenapa dilain pihak kita selalu mencari hari dan waktu yang baik untuk melakukan hajatan, bukankah ini juga bisa disamakan seperti percaya akan ramalan ? Nabi Jusuf menafsirkan ramalan dari suatu impian, begitu juga banyak nabi-nabi lainnya meramal. Hanya mungkin istilah atau sebutannya saja yang berbeda kalau kita pergi ke tukang peramal ini disebut haram dan dosa.


Dinamika Perspektif Ilmiah dan Religius

Salah satu bentuk ramalan yang pernah ada dan masih dipercayai sekarang adalah Kartu Tarot. Kartu ini berasal dari Italia. Pada awalnya, permainan kartu tersebut bernama Carde da Trionfi, atau Kartu Kejayaan. Setelah mendapat pengaruh dari Prancis, nama Trionfi berubah menjadi Tarocchi.


Antoine Court de Gebelin dalam bukunya terbitan tahun 1781 menyatakan kartu Tarot dibuat oleh pendeta-pendeta Mesir kuno. Mereka kemudian membawa gambar-gambar tersebut ke Roma untuk dipersembahkan kepada Paus. Paus kemudian memperkenalkan Tarot ke Avignon, Prancis pada abad ke-14. Gereja Katolik dan pemerintah daerah di Eropa tidaklah selalu melarang permainan Tarot. Beberapa daerah bahkan memperbolehkan warganya memainkan Tarot dimana permainan kartu sejenis lainnya jelas-jelas dilarang.


Hak eksklusif karena muncul dari pimpinan Gereja tidaklah berlangsung lama. Karena pada akhir abad ke-14 seorang pengkotbah dari dari Swiss, Johannes von Rheinfelden, secara tiba-tiba menyerang perjudian dan permainan kartu. Sebagai akibat dari pernyataan ini, John I dari Castile, menerbitkan larangan bermain kartu. Bahkan tahun 1379, Bernard dari Siena memberi ceramah bahwa kartu bermain adalah hasil ciptaan Setan.


Berbicara tentang ramal-meramal tidak bisa dilupakan nama besar peramal Prancis bernama Nostradamus. Michel de Nostredamus anak pasangan Reynière de St-Rémy dan saudagar makanan Jaume de Nostredamus, yang kaya. Keluarga itu keturunan Yahudi yang telah memeluk Katolik pada 455.


Ketika berumur lima belas tahun, Nostradamus memasuki Universitas Avignon untuk mendapat sarjana. Ia belajar trivium tatabahasa, percakapan, dan logik, berbanding sukatan kemudian iaitu quadrivium geometri, arithmetik, musik dan astronomi / astrologi. Pada 1529, beliau memasuki Montpellier untuk mempelajari bidang pengobatan.


Nostradamus kemudian beralih minat dari pengobatan ke suatu yang diluar jangakauan manusia. Mengikut kebiasaan, beliau menulis sebuah kalender pada tahun 1550, yang untuk kali pertamanya me'latin'kan namanya dari Nostradamus menjadi 'Nostradamus'. Beliau sangat terkenal dengan aneka tulisannya. Jika dikumpulkan semuanya, terdapat 6.338 ramalan (kebanyakannnya ramalan yang gagal), dan tidak kurang juga sebelas kalendar tahunan. Terdapat banyak bangsawan dan orang yang terkenal dari jauh kemudiannya mula berminat untuk menanyakan nasihat dan ramalannya.


Karena karangan ramalannya kebanyakan tidak bertarikh, Nostradamus diancam oleh kaum agama. Karangan tersebut diterbitkan sebagai buku yang bertajuk Les Propheties (ramalan), telah mendapat pelbagai reaksi apabila diterbitkan. Sebagian orang menuduh Nostradamus adalah pemuja setan, palsu atau gila. Nostradamus takut dituduh menentang agama, ia pun mengelak bahwa ramalan dan astrologi tidak termasuk dalam kategori agama. Namun ia diancam jika mengamalkan sihir untuk menyokong ramalannya. Karena argument pembelaan dan ketaatannya, Nostradamus berhubungan baik dengan pihak Gereja. Ia hanya ditahan sebentar di Marignane tahun 1561, karena menerbitkan kelender tahun 1262 tanpa ijin Uskup.


Pada malam 1 Juli, ia memberitahu sahabatnya Jean de Chavigny, "Kamu takkan mendapati saya hidup lagi menjelang matahari terbit." Keesokaan paginya Nostradamus ditemui wafat dan dimakamkan di dekat kapel Fransiskan. (yang sebagiannya kini menjadi restoran La Brocherie). Jasad Nostradamus dipindahkan ketika Revolusi Perancis ke sebuah tempat di Collégiale St-Laurent sehingga kini.


Jangan Dipertentangkan, Jangan Dikompromikan

Pelajaran berharga perjumpaan antara ramalan, astrologi, horoskop dengan iman di masa lalu memberikan kesimpulan bahwa perspektif ilmiah dan religius tak perlu dipertentangkan. Juga pertentangan antara agama dan sains dalam masalah-masalah seperti teori evolusi, realitas kuantum maupun teori genom. Karena pada dasarnya, sains dan agama merupakan dua perspektif yang berbeda dalam menjelaskan dunia dan kehidupan.


Budi Hardiman, dalam seminar The Future of Religion-Science Dialogue di Universitas Paramadina, Jakarta (13/12) mengatakan, perspektif ilmiah melihat alam sebagai dunia obyektif. Fakta-fakta tunduk pada hukum alam. Dengan menggunakan perspektif tersebut dibuat ramalan tentang peristiwa dan manipulasi teknis atas alam. Akan tetapi, manusia tidak melihat alam hanya sebagai fakta-fakta, melainkan juga sebagai dunia yang dihayati.


Adapun perspektif religius melihat alam dalam kaitan dengan kenyataan dan penghayatan eksistensial. Bukan kebenaran faktual, tetapi kebenaran transendental. Masing-masing punya kebenarannya, tetapi pada tahapan tertentu ada hubungan-hubungan. Keduanya sama penting dan bermakna.


Dia mencontohkan, bencana tsunami dari perspektif ilmiah merupakan peristiwa dalam dunia obyektif yang dapat dikalkulasi secara geologis. Di sisi lain, perspektif religius memaknai tsunami secara eksistensial dan transendental sebagai perjumpaan dengan hal-hal yang melampaui rasionalitas.


Pembedaan atas dua perspektif tersebut akan memperlihatkan bahwa sains tidak mempersoalkan kebenaran eksistensial dan transendental, seperti juga agama tidak berpretensi untuk menjadi sains yang memberikan penjelasan tentang kebenaran faktual.


Sementara itu, Hamid Parsania, Rektor Baghir Al-Ulum University, Teheran, mengatakan bahwa dalam perkembangan ilmu pengetahuan—terutama pada abad ke-19— sains dimaknai sebagai pengetahuan yang tangible (indrawi) dan dapat dibuktikan.


Makna sains sebagai pengetahuan yang berusaha menjelaskan alam semesta dan dalam perkembangannya dituntut pula mengajarkan nilai-nilai pada masyarakat. Sains kemudian berkembang dan muncul ahli-ahli yang berpendapat bahwa sains tidak bisa lepas dari sumber- sumber lain.


Pada tahun 1988, Stephen Hawking menulis dalam bukunya A Brief History Of Time. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dr A. Hadyana Pudjaatmaka dan judulnya dirubah menjadi Riwayat Sang Kala terbitan P.T. Pustaka Utama Grafiti.


Dalam bukunya itu ia menjawab pernyataan Paus dihalaman 116, sebagai berikut: "I was glad then that he did not know the subject of the talk I had just given at the conference - the possibility that space-time was finite but had no boundary, which means that it had no beginning, no moment of Creation." Ia juga menulis di halaman 140: "So long as the universe had a beginning, we could suppose it had a creator. But if the universe is really completely self-contained, having no boundary or edge, it would have neither beginning nor end: it would simply be. What place, then, for a Creator?"


Meskipun ilmiah, namun Stephen Hawking tidak menuntut bahwa teorinya harus diterima sebagai mutlak benar. Ia menulis di halaman 11-12 sebagai berikut: Setiap teori fisika selalu bersifat sementara, dalam arti teori itu hanyalah suatu hipotesis; Anda tidak pernah dapat membuktikannya. Tidak peduli berapa kali hasil-hasil eksperimen cocok dengan suatu teori, Anda tidak pernah dapat merasa pasti bahwa lain kali hasil itu tidak akan berlawanan dengan teori itu. Di pihak lain Anda dapat membuktikan bahwa suatu teori itu salah dengan menemukan suatu pengamatan, bahkan satu saja sudah cukup, yang tidak cocok dengan ramalan itu. (Any physical theory is always provisional, in the sense that it is only a hypothesis: you can never prove it. No matter how many times the results of experiments agree with some theory, you can never be sure that the next time the result will not contradict the theory. On the other hand, you can disprove a theory by finding even a single observation that disagrees with the predictions of the theory)


Stephen Hawking setuju dengan filsuf Karl Popper (1902-1994) dan Sir James Jean (1877-1946), bahwa sebuah teori tidak pernah dapat dibuktikan benar. Ini tentu juga berlaku bagi teori-teori ciptaan Stephen Hawking sendiri. Jadi Stephen Hawking tidak pernah mengatakan bahwa teorinya mutlak benar. Ia bahkan berpendapat bahwa teorinya tidak pernah dapat dibuktikan benar. Jadi para teolog tidak harus berkompromi dengan teori Stephen Hawking. Terlebih mengingat Stephen Hawking sendiri adalah seorang ateis dan percaya bahwa alam semesta berasal dari dentuman besar. Meskipun harus diakui bahwa Hawking sangat toleran terhadap teori kreasi atau teori penciptaan. Bagi mereka yang percaya bahwa Allah menciptakan alam semesta ini di halaman 10-11 sebagai berikut: Orang masih dapat membayangkan bahwa Tuhan menciptakan jagat raya pada saat dentuman besar itu. Atau bahkan sesudahnya, hanya dengan cara sedemikian agar tampak seakan-akan sebelum itu ada dentuman besar. (One could still imagine that God created the universe at the instant of the big bang, or even afterwards in just such a way as to make it look as though there had been a big bang, ......)


Kesimpulannya, perspektif ilmiah serupa ramalan, astrologi, horoskop dengan hitung-hitungannya dan perspektif religius tak perlu dipertentangkan sekaligus jangan dikompromikan.

Roh Kudus

Alkisah, ketika tahun 1958 Paus Pius XII wafat, Kardinal Spellman memang memiliki ambisi untuk menjadi Paus. Ia pun membaca Ramalan St Malachi (Proph. De la succession des papes), yang baru diketemukan oleh Abbe Cucherat pada tahun 1590.
Berdasarkan ramalan Malachi (1094-1148), Uskup Armagh, Irlandia Utara, pengganti Pius XII ini adalah seorang Paus yang akan dikenal sebagai Pastor et Nauta (Gembala dan Pelaut). Malachi memang membuat ramalan mengenai 111 calon Paus mendatang, dimulai dari Paus Celestinus II (1143) dengan gelar simbolis.


Begitulah, menurut buku Peter Bander, The Prophecies of Malachy (1969), menjelang konklaf 1958, Kardinal Spellman kemudian menyewa sebuah kapal, mengisinya dengan domba-domba, dan berlayar mondar-mandir di Sungai Tiber, Roma. Sayang, ambisi Spellman tidak terwujud. Konklaf 1958 memilih Kardinal Roncalli dari Venesia sebagai pengganti Pius XII.
Menurut para ahli tafsir ramalan Malachi, Pastor et Nauta itu ternyata menunjuk pada laut sekeliling Venesia, tempat di mana Roncalli menjadi gembala (pastor) umat sebelum terpilih menjadi Paus dengan nama Yohanes XXIII. Pada masa kepausannya (1958-1963), Gereja memang kemudian menjadi lebih inklusif, mengakui kebenaran agama-agama lain, dan mampu menggerakkan dunia untuk memperjuangkan perdamaian tanpa batasan negara, bangsa, atau lautan.


Waktu ramalan ini ditulis oleh Malachi sekitar tahun 1139, teori Copernicus belum ada. Bumi masih dianggap sebagai pusat semesta dan matahari yang mengelilingi Bumi. Lalu, apa ciri Paus ke-265 mendatang ? Ramalan Malachi menyebutnya sebagai Gloria Olivae (Kemuliaan Zaitun). Pada umumnya, zaitun, khususnya daun zaitun, merupakan lambang perdamaian. Apakah ini berarti bahwa hasil konklaf akan menghasilkan seorang Paus yang memiliki kemampuan untuk menciptakan perdamaian ? Perdamaian macam apa ? Tidak ada yang tahu.


Ramalan boleh berbicara, tetapi para kardinal yang mengikuti konklaf meyakini bahwa kerja dan tindakan mereka selama pemilihan Paus merupakan hasil dari karya Roh Kudus. Bahasa orang biasa, semuanya harus dilakukan setelah melalui keheningan doa kepada Yang Ilahi. Oleh karena itu, sudah menjadi tradisi ketika konklaf berlangsung, semua orang Katolik diminta untuk berdoa, melepaskan segala analisis dan hitungan matematika manusia. Lupakan segala primordialisme manusiawi. Berpasrahlah dan biarlah Roh itu mengalir bebas.


Kitab Suci Dan Ajaran Gereja

Kita ingat bahwa perintah Allah yang pertama mengatakan, "Akulah TUHAN, Allahmu. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." Ketika ditanya hukum manakah yang terutama, Tuhan kita Yesus Kristus, dengan mengulang perintah yang ada dalam Kitab Ulangan, mengatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" (Mat 22:37). Sementara Tuhan, menurut kehendak-Nya, dapat mewahyukan masa depan kepada para nabi atau para kudus, kita sebagai pribadi wajib senantiasa percaya akan penyelenggaraan ilahi-Nya.


St. Paulus mengingatkan kita, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm 8:28). Mungkin terkadang kita juga memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang, namun demikian kita mengandalkan hidup kita pada Tuhan, percaya penuh akan kasih sayang dan pemeliharaan-Nya.


Berusaha mengetahui masa depan dengan membaca tangan, kartu ramal, atau bentuk-bentuk ramalan lainnya, atau berusaha mengendalikan masa depan melalui black magic, ilmu gaib atau sihir, merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah yang pertama.


Kitab Suci banyak mengutuk praktek-praktek ini: dalam Perjanjian Lama kita dapati, "Seorang ahli sihir perempuan janganlah engkau biarkan hidup" (Kel 22:18), "Siapa yang mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah ia ditumpas." (Kel 22:20). "Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri" (Im 20:27), dan "Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN…." (Ul 18:10-12).


Perjanjian Baru juga membicarakan masalah ini: Dalam Kisah Para Rasul, di Filipi St Paulus bertemu dengan seorang hamba perempuan "yang mempunyai roh tenung" yang mendapatkan penghasilan besar dengan tenungan-tenungannya. St Paulus membebaskannya dari roh jahat itu (Kis 16:16 dst). Dalam ayat-ayat lain, kita dapati kutukan-kutukan terhadap sihir dan praktek-praktek gaib pada umumnya. St Paulus mengutuk seorang tukang sihir (Gal 5:20). Dalam Kisah Para Rasul, St Paulus mencela Elimas, tukang sihir, dan menyebutnya sebagai "anak Iblis, engkau musuh segala kebenaran" (Kis 13:8 dst). St Petrus mengecam Simon, si tukang sihir, yang bermaksud membeli kuasa Roh Kudus guna menjadikan diri lebih berkuasa (Kis 8:9 dst). Dalam Kitab Wahyu, Yesus memaklumkan, "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua" (Why 21:8).


Katekismus Gereja Katolik dalam menjelaskan perintah Allah yang pertama, mengulang kutukan terhadap praktek ramalan, "Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat `membuka tabir' masa depan. Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah" (No. 2116). Segala praktek dengan mempergunakan kuasa-kuasa gaib dikutuk karena bertentangan dengan agama yang benar dan biasanya dianggap sebagai dosa berat. Segala bentuk permohonan kepada setan jelas merupakan dosa berat.


Sekedar membaca horoskop di koran karena iseng bukanlah dosa berat. Tetapi menganggapnya serius, meyakini ramalan, lalu melupakan Allah, meninggalkan Allah, tidak percaya lagi kepada Allah, tidak mengandalkan kekuatan dan pertolongan Allah, tidak berdoa, tidak ke Gereja, tidak mendapatkan Sakramen, bukan sikap orang beriman yang baik.


A. Luluk Widyawan, Pr. dari berbagai sumber

Penemuan Makam Yesus

Baru-baru ini di situs www.discovery.com ditampilkan penemuan situs makam Yesus dan Keluarga Kudus. Penemuan itu tepatnya di Yerusalem. Majalah Haarlems Dagblad, terbitan tanggal 23 Februari 2007 lalu menginformasikan lebih jelas. Terbitan itu memuat laporan seorang pembuat film dokumenter asal Kanada. Dalam jumpa pers ia berkeyakinan telah menemukan kuburan dari Yesus asal Nasareth. Ia meyakinkan bahwa penyelidikan tersebut telah memakan waktu yang cukup lama. Penyelidikan itu bahkan dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya para arkeolog, ahli sejarah, pakar tulisan kuno dan spesialis DNA.
Dalam laporan penelitian dikatakan, kuburan yang ditemukan tersebut berada di Talpiot, yang masih dalam wilayah Yerusalem. Didalam gua kecil yang dipercaya sebagai kuburan tersebut, team peneliti menemukan 10 sisa - sisa dari peti mati. Dimana tertulis nama-nama diatas sisa-sisa peti tersebut. Nama-nama yang ditemukan, diantaranya: Yesus, anak Yosef, Yudah, anak Yesus dan dua kali nama Maria, yang dimaksud adalah Maria Magdalena, dan Maria ibu Yesus. Tak heran, penemuan menghebohkan ini segera menjadi headline harian nasional Israel, Yediot Ahronot.
Aneka ReaksiEntah sampai kapan, Gereja harus menghadapi aneka kontroversi. Sejak dulu selalu ada kontoversi, jauh sebelum heboh buku The Da Vinci Code karya Dan Brown. Kontoversi teori tentang Yudas sebagai pembuka jalan bagi Yesus menuju kebangkitan yang menyelamatkan yang muncul tahun 2006 lalu, hingga kini penemuan makan Yesus.
Sebenarnya penemuan gua sebagai makan Yesus bukanlah hal yang baru. Gua tersebut telah ditemukan pada tahun 1980. Sejak saat itu dilakukan penyelidikan terus- menerus. Hasilnya adalah film dokumenter berjudul The Burial Cave Of Jezus yang dirilis sebagai kerjasama dari Simcha Jacobovici (pemuat film asal Kanada tetapi berdarah Israel), dan James Cameron (pemenang tiga piala Oscar, dan pembuat film Titanic dan The Terminator). Film dokumenter ini, rencananya dalam waktu dekat akan ditayangkan di World Discovery Channel. Di Minggu bulan Maret 2007, tepat di masa menjelang peringatan Paskah, akan dilaksanakan konferensi pers di New York. Bukan tidak mungkin waktu yang tepat dan isu yang menarik, justru akan membuat film tersebut makin laris.
Namun, Amos Kloner, arkeolog asal Israel yang juga terlibat langsung dalam team penelitian gua tua tersebut justru berkomentar, "Memang, tampaknya seperti cerita yang bagus. Tetapi untuk menyebut bahwa penemuan itu sebagai makan Yesus, bukti-bukti yang ada amatlah sedikit". Karena menurutnya, nama-nama yang ditemukan dalam peti tersebut sudah bukan hal yang istimewa. Sejak 2000 tahun yang lalu, sudah hal yang biasa memberikan nama-nama tersebut bagi orang-orang Yahudi, katanya kepada majalah Haarlems Dagblad. Sementara Paul Verhoeven, sutradara flm asal Belanda, yang juga bekerja di Hollywood mengatakan, "Memang indah untuk menikmati khayalan seperti itu".
Teori Dan ImanHarus diakui, Injil memuat pewartaan mengenai Sabda dan Karya Yesus, yang dapat disebut semacam riwayat hidup Yesus. Injil memuat pula informasi yang ada kaitannya dengan segi kesejarahan tentang kelahiranNya, tentang pewartaanNya, termasuk juga tentang sengsara, wafat dan yang paling penting, tentang kebangkitan-Nya.
Ada banyak sekali hal, yang dalam Injil hanya dikemukakan secara sangat samar-samar, karena maksud Injil ditulis memang pertama-tama bukan sebagai catatan sejarah, tetapi sebagai pewartaan. Misalnya maksud Injil Yohanes ditulis dalam Yoh 20:30 "Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya".
Berkaitan dengan kesejarahan Injil pada khususnya dan Kitab Suci pada umumnya, sikap Gereja jelas. Dei Verbum, No. 19. menyebutkan kesejarahan memang penting sekali. Sebab jika tidak, iman kepercayaan kita akan menjadi seperti apa yang dikemukakan Petrus atau Paulus: yakni iman yang hanya didasarkan atas isapan jempol (Bdk., 2 Ptr 1:16) atau pada dongeng nenek-nenek tua (Bdk., 1Tim 4:7). Data-data sejarah yang termasuk (karena tidak dimaksudkan sebagai tujuan pertama dan utama) dalam pewartaan sabda dan karya Yesus (terutama dalam Injil-injil), banyak sekali yang kemudian dijadikan obyek dan pintu masuk penelitian para ahli, di masa kini.
Tentu karena memenuhi rasa ingin tahu dan mencari kebenaran sejarah. Misalnya, sebagaimana pertanyaan yang selalu menginspirasi para ahli semacam tentang bintang ang tampak pada saat kelahiran Yesus. Apakah itu ? Komet ? Atau meteor ? Lalu mereka mulai menyelidiki, entah berdasarkan perhitungan astronomis dapat diidentifikasikan adanya lintasan suatu badan angkasa yang begitu mendekati bumi pada waktu itu. Kapan waktu itu ? Pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (Bdk., Luk 2:1). Kapan persisnya? Pada waktu Kireneus menjabat Wali Negeri di Syria (Bdk., Luk 2:2) dan berbagai pertanyaan kritis dan detil lainnya. Pada akhirnya para ahli berteori atau berhipotesa bahwa bintang yang nampak terang benderang pada waktu Yesus lahir itu adalah Comet Halley, atau teori dan hipotesa lainnya, yang beraneka.
Begitu juga tentang tempat Yesus dilahirkan, yang rupanya pasti tidak di suatu rumah (Bdk Luk 2:7), tetapi di sebuah tempat tinggal binatang, karena Ia dibaringkan di palungan. Karena pada waktu itu para gembala biasa berteduh bersama ternaknya di gua-gua, maka dicarilah gua di sekitar Bethlehem yang berdasarkan data-data lain. Juga didukung dengan data dari tradisi lisan maupun tradisi tulisan, yang mungkin menjadi petunjuk tempat kelahiran Yesus. Maka orang sampai pada teori dan hipotesa tentang salah satu gua di sana: inilah tempat Yesus dilahirkan. Biasanya, kalau sudah ada teori atau hipotesa sedemikian, apalagi kalau itu sangat mungkin, dan tidak ada argumen atau bukti sebaliknya yang melawannya, orang menerimanya. Tetapi sebagai teori dan hipotesa, bukan sebagai kepastian yang tak dapat diganggu-gugat.
Begitulah yang terjadi tentang makam Yesus. Kitab Suci memuat informasi, bahwa Yesus wafat (Bdk., Mat 27:50; Mrk 15:37; Luk 23:46;Yoh 19:30.33-34). Ia dikuburkan (Bdk., Mat 27:59-60; Mrk 15:46; Luk 23:53; Yoh 19:42). Sekarang di Yerusalem ada suatu tempat yang dipercaya sebagai kubur Yesus (tempatnya ada di dalam Gereja Makam Yesus) yang menjadi tempat peziarahan terkenal. Pastilah tempat tersebut sejak tahun-tahun pertama kekristenan diteorikan dan dihipotesekan sebagai kubur Yesus dan diterima sebagai yang paling mungkin dan masuk akal.
Teori dan hipotese tersebut tak menjadi masalah. Namun, apakah itu memang makam tempat jenazah Yesus dulu pernah dibaringkan ? Tidak ada seorangpun yang bisa memastikannya. Oleh karena itu pencarian kepastian inilah yang diharapkan bisa diperoleh dan boleh tetap berjalan terus. Berbagai penemuan pernah dilaporkan, tentu saja dengan berbagai bukti yang konon tidak bisa dibantah lagi. Namun muncul juga banyak sanggahan dan keberatan terhadap teori atau hipotesa itu. Dan omong kosong sajalah penemuan baru dengan bukti dan data-data itu.
Sekalipun banyak teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru yang muncul, sikap resmi Gereja terkesan tidak terlalu pusing. Karena pada akhirnya aneka penemuan baru tidak mengubah iman kepercayaan kepada Yesus, kebangkitanNya dan lain-lain. Memang harus diwaspadai, justru pokok iman inilah yang sering dijadikan sasaran akhir dari aneka teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru.
Penemuan makam Yesus dijadikan alasan, misalnya, untuk menolak percaya kepada Yesus, menolak kebangkitanNya, ke-Allah-anNya dan lain sebagainya. Karena, ada orang yang memang berusaha untuk mematahkan iman kepercayaan kepada Yesus itu. Jalan pikirannya sederhana, jika bisa menemukan makam Yesus dan di sana ditemukan tulang-tulang, maka Yesus tidak bangkit, bukan Allah dan seterusnya. Tak jarang, argumen menentang iman ini disertai dengan kutipan dari Injil supaya lebih meyakinkan. Misalnya memakai kutipan Injil tentang Yesus yang bangkit hanya diberitakan bahwa makamNya kosong (Bdk., Mat 28; Mrk 16; Luk 24; Yoh 20). Data makam kosong pun dapat menjadi alasan orang berteori dan berhipotesa bahwa Yesus tidak dikuburkan di situ atau Yesus tidak mati, tidak bangkit, maka Yesus bukan Allah dan lain sebagainya.
Teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru yang muncul sekali lagi tidak perlu memusingkan dan mengubah iman Gereja. Sekalipun banyak teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru selalu ada muncul argumen penentangnya dengan teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti pula.
Harus diakui, dalam sejarah Gereja berabad-abad lamanya, Gereja sudah biasa mendapat berbagai pendapat yang seolah-olah memojokkan dan menyulitkan Gereja. Di era yang sangat modern maka, siapapun, lewat cara apapun dapat mengajukan teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru. Juga dengan bumbu sensasional. Namun Gereja tak mungkin dan tak perlu menanggapi semuanya. Gereja juga menghargai kebebasan berpendapat. Jika terbukti secara meyakinkan bahwa tori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru, dalam hal ini tentang makam itu benar makam Yesus, tetaplah bukan sebuah argumen yang melawan iman Gereja. Iman Gereja adalah satu keyakinan dan yang terpenting, Yesus telah bangkit.


Ditulis oleh A. Luluk Widyawan, PR.
Senin, 12 Maret 2007