06 April 2007

Doa Yesus

Tiga huruf yang indah d-o-a. Maknanya amat mendalam karena menggulirkan berkat yang senantiasa mengagumkan. Doa merupakan ekspresi seorang yang beriman. Doa merupakan sarana manusia untuk berbincang-bincang dengan Tuhan sebagai sahabat yang mengerti apa yang diinginkan. Karena itu doa merupakan sarana dan jawaban atas undangan kasih Allah kepada manusia. Dalam kasih-Nya Allah telah memberikan diri sedemikian rupa sehingga manusia diberikan segala berkat dan rahmat dalam hidupnya. Bagi yang percaya akan menjawab “ya” melalui hidup doanya. Artinya mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita selama ini. Doa dalam hal ini merupakan jawaban terima kasih atas karunia yang Tuhan berikan kepada manusia. Ungkapan terima kasih ini diuraikan manusia dengan berbagai macam ungkapan baik melalui kata-kata yang keluar dari hati paling dalam atau juga melalui sikap tubuh yang mencerminkan keberadaan si pendoa saat itu entah kepasrahan, permohonan, keinginan tertentu melalui ungkapan bahasa sesuai bahasa si pendoa.Doa pun mengandung unsur syukur dan permohonan dalam hidup. Dalam Perjanjian Baru, doa adalah hubungan yang hidup anak-anak Allah dengan Bapanya yang tidak terhingga baiknya, bersama Putera-Nya Yesus Kristus dan dengan Roh Kudus. Rahmat Kerajaan Allah adalah “Persatuan seluruh Tritunggal Mahakudus dengan seluruh jiwa” (Gregorius Nazianze). Dengan demikian, kehidupan doa berarti bahwa kita selalu berada dalam hadirat Allah. Sementara menurut Perjanjian Lama doa berkaitan dengan janji Allah. Ketika Allah memanggil Abraham, ia segera berangkat, “Seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya” (Kej 12:14). Hatinya “sangat patuh terhadap sabda” : ia taat. Hati yang mendengarkan, yang memilih Tuhan, merupakan dasar dari setiap doa. Kata-kata melayani sikap mendengarkan. Doa Abraham, pada tempat pertama, dinyatakan dalam perbuatan: Ia adalah seorang pria yang suka diam, di segala tempat di mana ia singgah, ia membangun Altar Tuhan. Baru kemudian mengucapkan doanya dalam kata-kata. Doa itu merupakan suatu keluhan terselubung. Ia mengingatkan Allah akan janji-Nya, yang rasanya tidak dipenuhi. Langsung sejak awal kelihatan satu ciri khas doa manusia: ujian iman akan kesetiaan Allah.
TELADAN DOA :
Sebelum memulai karya-Nya, sesudah pembaptisan-Nya, Yesus mulai berdoa. Dalam doa-Nya ternyata Yesus mendapat godaan. Godaan itu berkaitan dengan kekuasaan/kesombongan manusia; kekayaan atau harta dan nafsu-nafsu jasmani (lih. Mat. 4:1-11). Ketiga godaan tersebut mencerminkan di satu sisi menggodai seseorang yang sedang berdoa yakni menghadapinya dengan serius; menyadari akan adanya godaan dan tidak menyetujui godaan tersebut sehingga Yesus luput dari segala akibatnya. Situasi yang Yesus alami merupakan cermin kehidupan doa kita dengan dua sisi : godaan dan kekuatan iman.Yesus Putera Allah telah belajar berdoa dalam hati manusiawi-Nya. Ia belajar dari ibu Maria. Yesus mempelajari doa dengan kata-kata dan bentuk-bentuk. Yesus memperlihatkannya dalam usia 12 tahun. Ia belajar berdoa dari keluarga Nazaret di mana Maria dan Yusuf mengajari-Nya berdoa dan bahkan Yesus mempunyai pengalaman yang begitu erat dengan doa kepada Bapa-Nya sehingga Maria dan Yusuf mencari-Nya ketika Ia berada di Bait Allah. Ketika mereka mencari-Nya, Yesus berkata : “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?” (Luk 2:9). Di sinilah bentuk doa yang baru dalam kepenuhan waktu mulai diharapkan Bapa dari anak-anak akhirnya dihayati oleh Putera Allah dalam kodrat manusiawi bersama manusia dan untuk manusia.Sering Yesus menyingkir, terutama di malam hari, di atas sebuah gunung dalam kesepian, ia berdoa. Dalam situasi itu, Yesus mencari peneguhan dan kekuatan untuk karya selanjutnya. Melalui doa-Nya Yesus ingin mengungkapkan suatu situasi di mana sabda dan karya-Nya menyatu dengan doa-doaNya. Karena itu dalam doa pertama Yesus mengakui dan memuji bapa karena IA menyimpan rahasia Kerajaan Allah bagi mereka yang menganggap diri bijaksana, tetapi menyatakan-Nya kepada orang kecil – yang miskin dalam sabda bahagia (Mt. 5:3). Di lain sisi, Yesus ingin memperjelas doa yang mengandung permohonan kita. “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku” (Yoh 11:42). Ungkapan ini secara jelas dinyatakan dalam Injil Yohanes tentang peristiwa Lazarus dibangkitkan Yesus.Yesus juga ingin mengajar kita bagaimana caranya berdoa. Karena itu Ia mengajar para murid Doa Bapa Kami (Luk 11:1-40) sebagai reaksi dari keinginan para murid. Doa Bapa Kami adalah doa yang sederhana dan mudah diingat dengan makna yang mendalam. Doa ini menggambarkan tentang Bapa yang sesungguhnya yang kita miliki. Ia tinggal di tempat yang paling tinggi, di surga, rumah masa depan kita. Melalui doa Bapa Kami kita pun belajar tentang Bapa. Jika kita mengenal Bapa sepenuhnya dalam dimensi seutuhnya, kita telah mengetahui segalanya. Maka kita pun akan mengenal kebenaran sejati. Mengenal Bapa berarti memperoleh kepastian bahwa Ia tidak menolak kita bahkan di saat segala hal kelihatannya menandakan penolakan, Allah tidak pernah menolak kita. Allah tidak mau mempermalukan kita.Dalam menghadapi saat-saat akhir yang kritis, Yesus kembali berdoa. Dalam situasi itu, Ia mengajar para murid untuk senantiasa berdoa, kata-Nya : “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Luk 22:40b). Pernyataan Yesus jelas bagi kita untuk berjaga senantiasa dalam menghadapi hidup terutama ketika hidup kita menjadi lebih sulit. Doa adalah kekuatan. Melalui peristiwa di Getsemani, Yesus mengajar kepada kita tentang apa arti ketaatan dalam menghadapi hidup. “Ya Bapa-Ku jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42).Ketaatan kepada Bapa bagi Yesus adalah segala-galanya. Ia rela disalib untuk penebusan manusia. Bahkan saat-saat terakhir di kayu salib Yesus masih berpesan beberapa hal yang menggambarkan bagaimana kehidupan doa berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari.Kepada seseorang yang berada di kanan salib-Nya Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan berada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43). Pernyataan ini menggambarkan kuasa doa Yesus dan pernyataan diri sebagai Putera Allah yang hidup, yang perduli kepada orang lain yang memerlukan bantuan.Dalam peristiwa salib Yesus masih menyatakan: “Ibu, inilah anakmu! ... Inilah ibumu! (Yoh19:26-27). Pernyataan ini ingin mengungkapkan bahwa melalui hidup doa, kita bersekutu satu sama lain, saling bahu membahu dan saling mengakui satu sama lain. (Dan sejak saat itu, Maria tinggal bersama para murid) Yoh 19:27b.Dalam doa Yesus juga mengalami kesulitan. Hal ini terungkap melalui kata-kata “Aku haus” (Yoh 19:28) atau “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku” (Mrk 15:34). Dalam hal ini Yesus ingin mengajar dan menyadarkan kita bahwa kita tidak mudah berdoa. Kesulitan demi kesulitan, hambatan demi hambatan akan menyertai hidup doa kita. Namun tidak usah gusar bila pada suatu hari kita pasrah seperti Yesus. “Selesailah sudah” (Yoh 19:32) dan atau “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46). Penyerahan dalam doa akan menghasilkan kekuatan baru, cara pandang kita yang baru tentang arti dan makna kehidupan. Karena itu marilah terus berdoa, agar kita mempunyai keteguhan dan kekuatan.Doa tidak hanya membukakan kita jalan menuju pertemuan dengan Tuhan, tetapi juga mempertemukan kita dengan sesama kita, membantu kita menjalin hubungan yang saling menghormati, saling mengerti, saling menghargai, dan saling mengasihi dengan semua orang. Doa adalah ikatan yang efektif untuk menyatukan kita. Selamat berdoa.
Dengarkan Kami, ya Tuhan!
Dalam nama Kristus, Tuhan kita, mari kita berdoa untuk Gereja Katolik, untuk gereja-gereja lain,untuk seluruh umat manusia. Dengarkan kami, ya tuhan!Mari kita berdoa bagi mereka yang disiksa atas nama keadilan dan bagi mereka yang berjuang demi kemerdekaan dan perdamaian; Dengarkan kami, ya Tuhan!Mari kita berdoa untuk mereka yang memangku jabatan dalam Gereja, untuk mereka yang memikul tanggung jawab tertentu dalam kehidupan bermasyarakat, Dan untuk mereka semua yang melayani orang kecil dan lemah; Dengarkan kami, ya Tuhan!Mari kita memohon keberanian untuk mempertahankan komitmen kita dalam mewujudkan persatuan seluruh umat Kristiani; Dengarkan kami, ya Tuhan!Tuhan Allah, kami percaya kepada-Mu.Semoga kami dapat bertindak dengan cara yang berkenan kepada-Mu. Semoga kami bisa menjadi pelayan setia kemuliaan-Mu.Amin.