08 April 2007

Mengapa Yesus Mengatakan Akan Menampakkan Diri Di Galilea?

Menurut Kitab Suci, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya di Ruangan Atas - tempat di mana Ia merayakan Perjamuan Terakhir. Jika demikian, mengapa St. Matius Pengarang Injil menceritakan bahwa Yesus berkata, “Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea. Di sanalah mereka akan melihat Aku."? Memang Yesus juga menampakkan diri kepada para murid-Nya di Laut (atau danau) Galilea sesudahnya, tetapi ada suatu keterangan yang menarik mengapa Ia mengatakan demikian.
Sebagian orang menganggap Bukit Zaitun sebagai “Galilea Kecil”, karena dalam perjalanan ziarah tahunan ke Yerusalem, para peziarah dari Galilea biasa menginap di sana. Nama itu bahkan juga digunakan untuk menyebut sebuah rumah yang menyediakan ruangan bagi orang-orang Galilea untuk merayakan Paskah. Ruangan itulah yang digunakan Yesus pada Hari Kamis Putih.

Bagaimana Penerapan Tanggal Paskah?

Sebelum tahun 325M, gereja-gereja di berbagai wilayah yang berbeda merayakan Paskah pada tanggal yang berbeda-beda pula, dan Paskah tidak selalu jatuh pada hari Minggu. Pada tahun 325, Konsili Nicea mengubah hal tersebut dengan mengajarkan bahwa hari raya Paskah harus selalu dirayakan pada hari Minggu. Pada tahun 1576, Aloysius Lilius memaklumkan bahwa Paskah haruslah ditetapkan pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama sesudah Vernal Equinox (hari pertama musim semi, lihat Mengapa paskah jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahun?). Gereja-gereja Barat menetapkan tanggal Paskah sekitar tahun 1583. Hari Raya Paskah akan berkisar antara tanggal 22 Maret hingga 25 April. Siklus Paskah akan berulang setiap 5,700,000 tahun sekali - tidak lebih cepat dari itu!

Mengapa Perayaan Paskah Jatuh Pada Tanggal Yang Berbeda-Beda Setiap Tahun?

Matahari maupun bulan, kedua-duanya mempunyai pengaruh dalam menentukan Paskah. Di belahan bumi utara, saat tengah hari, matahari tidak selalu tepat di atas kepala. Dalam musim dingin, matahari lebih rendah pada kaki langit daripada dalam musim panas. Musim semi tiba pada titik pertengahan di antara kedua perbedaan yang besar tersebut. Hal ini biasanya terjadi sekitar tanggal 21 Maret dan disebut Vernal Equinox (musim semi di mana waktu siang dan malam sama lamanya).
Bulan purnama pertama sesudah Vernal Equinox membantu menentukan tanggal Paskah. Hari Raya Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama tersebut. Ada lebih dari 12 kali bulan purnama dalam satu tahun, jadi tanggal Paskah dapat sangat bervariasi.
Paskah tidak selalu jatuh pada hari Minggu. Sebagian umat Gereja Kristen Perdana menggunakan tanggal Hari Raya Roti Tak Beragi orang Yahudi, yaitu pada tanggal 14 bulan Nisan dalam penanggalan Ibrani. Jadi, Paskah bisa saja jatuh pada hari-hari lain selain hari Minggu! Kebanyakan umat Kristiani dari Ritus Timur unakan Hari Raya Roti Tak Beragi untuk menentukan Hari Raya Paskah.

Mengapa Kita Membaca PASSIO Dua Kali?

Pada Hari Minggu Palma kita membaca Passio yaitu Kisah Sengsara Yesus: bacaan dari Injil bagian sengsara Yesus yang biasanya dibacakan oleh 3 orang lektor. Kita juga akan mendengarkan kisah yang sama pada hari Kamis Putih dan Jumat Agung. Mengapa kita mengulanginya? Alasannya ialah, bagi kebanyakan orang, Pekan Suci hanya berlangsung selama 60 menit saja. Ada banyak upacara-upacara agung dan indah dalam Pekan Suci ini untuk membantu kita mengenangkan karya penyelamatan kita yang membawa kita kepada hidup yang kekal. Sayang sekali, sebagian orang tidak ikut ambil bagian dalam upacara-upacara penting ini. Oleh karena itu Gereja merasa perlu menghadirkan kisah Pekan Suci secara ringkas bagi mereka, dan menjejalkannya dalam Hari Minggu Palma. Sehingga kadang-kadang kita hampir saja lupa makna Hari Minggu Palma yang sesungguhnya: Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya! Pekan Suci adalah pekan di mana kita seharusnya tidak melupakan Tuhan. Ia telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita agar kita dapat hidup kekal. Kita patut melalui pekan ini sebagai pekan yang lain daripada yang lainnya, sebagai pekan yang sungguh-sungguh SUCI. Kita patut ambil bagian dalam seluruh kegiatan mengenangkan kembali hari-hari terakhir Yesus sebelum kematian-Nya. Jika sekarang kita meluangkan waktu bersama-Nya, kita boleh yakin bahwa Ia akan bersama kita jika kita membutuhkan-Nya. Jangan puas dengan versi Pekan Suci yang singkat. Setidak-tidaknya selama sepekan ini saja, biarlah Allah menikmati versi lengkapnya.

Mengapa Kisah Sengsara Yesus Disebut `PASSIO'?

Minggu Palma disebut juga Minggu Mengenangkan Sengsara Tuhan, sebab pada hari itu akan dibacakan kisah tentang hari-hari terakhir kehidupan Yesus di dunia yang dikenal sebagai “Kisah Sengsara Tuhan Kita, Yesus Kristus”.
Passio berasal dari `Passio' bahasa Latin, yaitu suatu perasaan yang amat kuat serta mendalam. Misalnya saja cinta, benci atau marah. Di antaranya, yang paling besar kuasanya adalah cinta.
Tuhan amat sangat mencintai kita. Tuhan bukanlah arca batu yang tanpa perasaan. Arca seperti itu tidak mati untuk siapa pun. Tuhan Yesus wafat bagi kita. Yesus tidak berpura-pura. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit yang amat menyiksa. Penderitaan Tubuh-Nya jauh lebih besar dari yang dapat ditanggung manusia mana pun. Penderitaan batin-Nya - sejak ditinggalkan oleh para sahabat-Nya hingga cercaan serta hinaan dari mereka yang hendak diselamatkan-Nya - lebih dahsyat dari yang dapat kita bayangkan. Jadi, ketika kalian mendengarkan Kisah Sengsara-Nya, berbagilah penderitaan dengan-Nya!

Mengapa Ranting-Ranting Palma Digunakan?

Hanya Yohanes satu-satunya penginjil yang menyebutkan bahwa ranting-ranting yang mereka gunakan adalah dari pohon palma. Matius serta Markus hanya menyebutkan "ranting-ranting". Lukas malahan tidak menyinggung soal ranting sama sekali, ia hanya mengatakan bahwa orang banyak menghamparkan pakaian mereka di jalan.
Di beberapa negara Eropa, umat merayakan Hari Minggu Palma dengan menggunakan ranting pohon willow atau ranting pohon sejenis, karena pohon palma jarang dijumpai di sana. Beberapa orang menganyam 3 lembar daun palma atau lebih untuk dijadikan salib atau mahkota duri. Tahun depan, daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Hari Minggu Palma akan dibakar menjadi abu untuk dipergunakan dalam perayaan Rabu Abu.

Apa Itu Hari Minggu Palma?

Pernahkah kalian menyaksikan suatu pertunjukan drama hidup, dengan aktor serta aktris yang nyata? Jika mereka berakting dengan baik, mungkin untuk sementara waktu kalian lupa bahwa kalian sedang berada di gedung pertunjukkan. Malahan mungkin kalian tidak sempat berpikir bahwa aktor dan aktris di atas panggung itu hanyalah sedang berpura-pura menjadi orang lain. Dengan kata lain, kalian terbawa dalam peran yang mereka mainkan.
Itulah sebabnya mengapa kita memegang daun-daun palma pada hari ini. Kalian tidak hanya menyaksikan suatu pertunjukan, tetapi kalian diminta untuk berperan serta di dalamnya. Kalian menjadi aktor serta aktris dalam suatu drama yang paling hebat sepanjang masa: minggu terakhir dalam kehidupan Yesus. Dan daun-daun palma adalah perlengkapan kalian.
Adegan diawali dengan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan jaya. Di masa silam para raja mempunyai kebiasaan untuk setiap tahun sekali mengunjungi berbagai desa dan kota di wilayah kerajaannya. Kunjungan seperti itu dalam bahasa Yunani disebut "Epifani". Mereka mengadakan sidang dan bertindak sebagai hakim serta menjatuhkan vonis (=hukuman). Mereka juga mengumumkan peraturan-peraturan serta memungut pajak. Sebagian kunjungan epifani bersifat damai, sementara sebagian lagi lebih menyerupai perang.
Rakyat dapat mengetahui tujuan kedatangan raja dengan mengamati bagaimana ia memasuki kota. Pada masa itu kuda harganya amat mahal dan hanya digunakan untuk berperang. Jadi jika raja memasuki kota dengan menunggang kuda, biasanya berarti kerajaan dalam bahaya. Rakyat menjadi kalut dan ketakutan. Jika raja hanya bertujuan untuk mengadakan kunjungan damai, ia akan memasuki kota dengan menunggang keledai.
Cara inilah yang digunakan Yesus Kristus sang Raja untuk memasuki Yerusalem. Yesus bermaksud menyampaikan dua pesan yang jelas kepada rakyat Yerusalem. Yang pertama bahwa Ia adalah raja, yang kedua adalah bahwa Ia bermaksud membawa damai sejahtera.
Yesus datang dari Bukit Zaitun menuju lembah Kidron, di sebelah timur Bait Allah. Perjalanan yang harus ditempuh-Nya menurun dan curam. Selain jalanan di situ sempit dan kotor, hujan musim semi telah membuat jalanan menjadi licin. Orang-orang yang bersorak-sorai menyambut Yesus menebarkan ranting-ranting dan pakaian mereka di jalan supaya keledai Yesus tidak tergelincir. Sementara Yesus menuruni bukit, khalayak ramai meneriakkan "Hosanna!", bahasa Ibrani yang artinya "Selamatkanlah Kami!"

07 April 2007

Apa Peran Musa Dan Elia Ketika Yesus Dipermuliakan?

Orang Kristen membagi Kitab Suci menjadi dua bagian: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Para saksi memberikan kesaksian mereka di pengadilan, jadi kalian dapat mengatakan bahwa Perjanjian Lama adalah serangkaian kesaksian tentang Tuhan oleh orang-orang yang hidup sebelum Yesus. Perjanjian Baru adalah serangkaian kesaksian oleh orang-orang yang bersaksi tentang Yesus.
Orang-orang Yahudi hanya mengakui Kitab Perjanjian Lama. Mereka membaginya menjadi tiga bagian: Kitab Hukum (Taurat), Kitab Para Nabi dan Kitab Tulisan.
Kitab Hukum (Taurat) berisi kesaksian Musa serta orang-orang yang mengenalnya.
Kitab Para Nabi berisi kesaksian para nabi, yaitu baik pria maupun wanita yang berbicara atas nama Tuhan setelah jaman Musa. Yang paling utama dari para nabi itu ialah Elia. Para nabi yang lain ialah: Samuel, Natan, Amos, Yeremia dan Yehezkiel.
Kitab Tulisan berisi berbagai macam tulisan lain yang tidak cocok dikelompokkan baik ke dalam Kitab Hukum maupun Kitab Para Nabi. Kitab ini dianggap kalah penting dari kedua kitab pertama. Termasuk didalamnya antara lain adalah “Amsal” dan “Pengkhotbah”.
Penampakan Musa dan Elia ketika Yesus dipermuliakan menjadi semacam tanda persetujuan mereka kepada Yesus. Tuhan Allah sendiri menyempurnakan kesaksian mereka dengan suatu suara yang berkata dari dalam awan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia" (Matius 17:5).

Bagaimana Peraturan Berpantang & Berpuasa (Keuskupan Surabaya Th 2006)

Sesuai dengan ketentuan Kitab Hukum Kanonik (Kanon No. 1249 - 1253) dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No. 111, maka ditetapkan:

a. Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari Pantang
dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska sampai dengan
Jumat Agung.
b. Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-
60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas.
c. Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti
yuridis) berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila
dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani
dengan dosa bila melanggarnya.
d. Salah satu ungkapan tobat ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang diharapkan
mempunyai nilai pembaharuan pribadi dan nilai solidaritas tingkat paroki, keuskupan dan
nasional. Hendaknya di setiap paroki diadakan kegiatan sosial konkret yang membantu
masyarakat umum, seperti misalnya mengadakan beasiswa, pengobatan untuk umum, pasar
murah dan lain-lain.
e. Hasil pengumpulan dana selama APP, hendaknya selekas mungkin diserahkan kepada Romo
Bendahara Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Surabaya, paling lambat tanggal 30
April 2007.
f. Hendaknya diusahakan agar masa tobat sungguh menjadi masa pembaharuan rohani umat
dengan diselenggarakan pendalaman bahan APP di Lingkungan, Wilayah, Paroki dan
kelompok-kelompok kategorial, rekoleksi, retret, ibadat Jalan Salib, meditasi dan sebagainya.

Surabaya, 6 Februari 2007
ttd
Rm. Julius Haryanto, CM
Administrator Keuskupan Surabaya

Mengapa Umat Katholik Berpantang Daging Pada Hari Jumat?

Pada abad ke-4 sudah ada hukum Gereja tentang berpantang pada hari-hari tertentu. Dahulu setiap hari Rabu, Jumat dan Sabtu adalah hari-hari pantang. Sejak abad ke-12 pantang ditetapkan hanya pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat - untuk mengenang bahwa Yesus wafat pada hari itu. Pada tahun 1965 Paus Paulus VI mengijinkan Konferensi Para Uskup untuk menetapkan masa pantang dan puasa. Maka ditetapkan hari Rabu Abu dan Jumat Agung sebagai masa puasa dan pantang serta setiap hari Jumat dalam Masa Prapaskah sebagai masa pantang.
Mengapa berpantang daging? Banyak orang suka kelezatannya dan merasa kehilangan jika harus berpantang. Dulu peraturan pantang dan puasa orang-orang Kristen juga memasukkan susu dan telur sebagai pantangan. Pantang dan puasa menunjukkan rasa hormat akan ciptaan Tuhan dengan menggunakannya lebih hemat.

Mengapa Umat Katholik Berpantang?

Ada dua alasan utama. Pertama, sebagai kurban silih atas dosa-dosa kita. Kita melukai hati Tuhan dan sesama ketika kita berdosa. Kedua, dan yang paling utama, kita melukai hati Tuhan dan sesama karena kita kurang dapat mengendalikan diri. Ketika kita tergoda untuk melakukan sesuatu yang jahat (atau tidak melakukan sesuatu yang baik). Kita jatuh dalam pencobaan karena kita tidak mempunyai kehendak yang kuat untuk melakukan yang baik.
Jika kalian ingin belajar mengendalikan diri, mulailah dari hal-hal yang kecil. Selama beberapa minggu berpantanglah sesuatu yang kalian sukai. Misalnya berpantang permen, atau berpantang menonton acara TV yang kalian sukai, atau berpantang pergi ke bioskop.

Mengapa Umat Katholik Harus Berpuasa?

1. Berpuasa mempertajam mata rohani kita - membantu kita melihat apa yang Tuhan lihat.
2. Berpuasa berarti semakin serupa dengan Kristus, yang sering kali berpuasa.
3. Berpuasa adalah cara yang baik guna mengingatkan kita untuk berdoa, sebagai ganti makan.
4. Berpuasa membantu kita mengurangi berat badan dan merasa tetap bugar.
5. Berpuasa berarti menghemat uang (membeli lebih sedikit makanan!)
6. Berpuasa berarti menghemat waktu (melewatkan waktu makan!) di mana semua orang
serba sibuk dan tidak punya waktu luang.
7. Berpuasa membuat kita merasa bahagia (jika kita melewatkan hari puasa dengan berhasil.)
8. Berpuasa meningkatkan rasa disiplin diri sehingga kita dapat berbuat lebih banyak kebaikan
kepada sesama.

Apa Yang Dimaksud Dengan Jalan Salib?

Sejak abad pertama umat Kristiani telah mengadakan ziarah ke tanah kelahiran Yesus. Santa Helena, ibunda Raja Konstantin, melakukan ziarahnya yang terkenal itu pada abad ke-4 dalam usahanya untuk mengenali dari dekat tempat Yesus dilahirkan, wafat dan dimakamkan. Untuk jangka waktu yang pendek, yaitu setelah tahun 1199 ketika tentara-tentara Perang Salib berhasil menguasai Yerusalem dan wilayah sekitarnya, ziarah dapat dilakukan tanpa kesulitan. Tetapi sejak tahun 1291 setelah mereka kehilangan kekuasaan mereka atas daerah tersebut, ziarah menjadi lebih berbahaya dan mahal. Ibadat Jalan Salib bertujuan untuk menghadirkan Tanah Suci baik bagi mereka yang tidak dapat berziarah ke sana maupun bagi mereka yang sudah berziarah ke sana.
Fransiskus dari Asisi mempunyai dua devosi yang amat mendalam yaitu Inkarnasi Yesus dan Sengsara Yesus, masing-masing dilambangkan dengan buaian dan salib. Para biarawan Fransiskan mempopulerkan devosi Jalan Salib sejak abad ke-14. Umat membuat perhentian-perhentian kecil di dalam gereja, kadang-kadang dibangun juga perhentian-perhentian yang besarnya seukuran manusia di luar gereja. Segera saja, hampir semua gereja telah memiliki Perhentian-perhentian Jalan Salib. Para biarawan Fransiskan juga menuliskan lirik Stabat Mater, yang biasanya dinyanyikan saat Ibadat Jalan Salib, baik dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Latin, maupun dalam bahasa setempat. Jumlah perhentian serta peristiwa-peristiwa Jalan Salib yang dikenangkan bervariasi dari waktu ke waktu. Ke-14 peristiwa Jalan Salib yang sekarang ditetapkan oleh Paus Clement XII (1730-1740).
Baik kita melakukan Ibadat Jalan Salib seorang diri atau bersama-sama dengan umat lain, di dalam gereja atau pun di ke-14 perhentian di luar gereja, ibadat ini menjadikan kisah sengsara dan wafat Yesus terasa nyata dan hidup.

Mengapa Masa Prapaskah Berlangsung Selama 40 Hari?

Pada awalnya, empat puluh hari masa tobat dihitung dari hari Sabtu sore menjelang Hari Minggu Prapaskah I sampai dengan peringatan Perjamuan Malam Terakhir pada hari Kamis Putih; sesudah itu dimulailah Misteri Paskah. Sekarang, Masa Prapaskah terbagi atas dua bagian. Pertama, empat hari dari Hari Rabu Abu sampai Hari Minggu Pra-paskah I. Kedua, tiga puluh enam hari sesudahnya sampai Hari Minggu Palma. Masa Prapaskah bagian kedua adalah masa Mengenang Sengsara Tuhan.

Makna empat puluh hari dapat ditelusuri dari kisah Musa yang sebagai wakil Hukum (Taurat) dan Elia yang sebagai wakil Nabi. Musa berbicara dengan Tuhan di gunung Sinai dan Elia berbicara dengan Tuhan di gunung Horeb, setelah mereka menyucikan diri dengan berpuasa selama empat puluh hari (Keluaran 24:18, IRaja-raja 19:8). Setelah dibaptis, Tuhan Yesus mempersiapkan diri untuk tampil di hadapan umum juga dengan berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun. Di sana Ia dicobai setan dengan serangan pertamanya yaitu rasa lapar.


Serangan yang sama digunakannya juga untuk mencobai kita agar kita gagal berpantang dan berpuasa dengan godaan keinginan daging. Kemudian setan berusaha membujuk Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya agar malaikat-malaikat dari surga datang untuk menatang-Nya. Setan mencobai kita juga dengan kesombongan, padahal kesombongan sangat berlawanan dengan semangat doa dan meditasi yang dikehendaki Tuhan. Untuk ketiga kalinya Setan berusaha membujuk Yesus dengan janji akan menjadikan Yesus sebagai penguasa jagad raya. Setan mencobai kita dengan keserakahan serta ketamakan harta benda duniawi, padahal Tuhan menghendaki kita beramal kasih dan menolong sesama kita.


Selama Masa Prapaskah selayaknya kita hidup sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. (Efesus 5:8-9).

Apa Yang Dimaksud Dengan Masa Prapaskah?

Masa Prapaskah adalah masa pertumbuhan jiwa kita. Kadang-kadang jiwa kita mengalami masa-masa kering di mana Tuhan terasa amat jauh. Masa Prapaskah akan mengubah jiwa kita yang kering itu. Masa Prapaskah juga membantu kita untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah.

Banyak orang mengikuti retret setiap tahun. Retret itu semacam penyegaran jiwa. Kita membebaskan diri dari segala beban dan segala rutinitas sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat meluangkan waktu untuk memikirkan dan mendengarkan Tuhan. Kalian boleh menganggap Masa Prapaskah sebagai suatu Retret Agung selama 40 hari. Yaitu saat untuk mengusir semua kekhawatiran dan ketakutan kita supaya kita dapat memusatkan diri pada Sahabat kita dan mempererat hubungan kita dengan-Nya. Sahabat itu, tentu saja, adalah Tuhan. Kita dapat mempererat hubungan kita dengan-Nya dengan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya. Cara lain yang juga baik adalah dengan membaca bagaimana orang lain membangun persahabatan dengan Tuhan di masa silam. Kitab Suci adalah bacaan yang tepat atau bisa juga kisah hidup para santo dan santa.

Akhirnya, hanya ada dua kata untuk menyimpulkan apa itu Masa Prapaskah, yaitu: "NIAT" dan "USAHA". Misalnya saja kita berniat untuk lebih mengasihi sesama, kita juga berniat untuk tidak lagi menyakiti hati sesama. Salah satu alasan mengapa kita gagal memenuhi niat kita itu adalah karena kita kurang berusaha. Kitab Suci mengatakan "roh memang penurut, tetapi daging lemah". Di sinilah peran Masa Prapaskah, yaitu membangun karakter yang kuat. Kita berusaha untuk menguasai tubuh dan pikiran kita dengan berlatih menguasai diri dalam hal-hal kecil. Oleh karena itulah kita melakukan silih selama Masa Prapaskah. Kita berpantang permen atau rokok atau pun pantang menonton program TV yang paling kita sukai. Dengan berpantang kita belajar mengendalikan diri. Jika kita telah mampu menguasai diri dalam hal-hal kecil, kita dapat meningkatkannya pada hal-hal yang lebih serius.

Berlatih menguasai diri baru sebagian dari usaha. Tidaklah cukup hanya berhenti melakukan suatu kebiasaan buruk, tetapi kita juga harus memulai suatu kebiasaan baik untuk menggantikan kebiasaan buruk kita itu. Misalnya saja membaca Kitab Suci setiap hari, berdoa Rosario, menerima Komuni secara teratur. Jadi jangan hanya duduk diam saja, LAKUKAN SESUATU. Mulailah Hari Rabu Abu dengan menerima abu yang telah diberkati, lalu kemudian memulai hidup baru bagi jiwamu!

Apa Yang Dimaksud Dengan Rabu Abu?

Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.

Mengapa pada Hari Rabu Abu kita menerima abu di kening kita? Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Oleh karena itu, imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata: "Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil".

Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.

Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu. Kemudian sementara umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat sungguh-sungguh selama empat puluh hari dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti Misa untuk menerima abu.

Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.

06 April 2007

Mengapa Orang Katholik Harus Mengaku Dosa...?

Tidak sedikit orang mempertanyakan, mengapa kita harus mengakukan dosa kita ke Imam? Bukankan yang mengampuni dosa adalah Allah sendiri? Mengapa kita tidak langsung mengaku dosa saja kepada Allah?

Pengertian mengapa kita harus mengaku dosa tidak dapat dijawab secara singkat begitu saja. Ada beberapa teologi yang harus kita mengerti untuk sampai kepada iman bahwa "Yesus sendiri memutuskan pelayanan pengampunan dosa ini melalui para ImamNya"

Mula-mula kita harus mengerti bahwa ada 2 jenis dosa, yakni dosa berat dan dosa ringan. Dua jenis dosa tersebut juga harus ditanggapi dengan cara yang berbeda. I Yohanes 5:16-17Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Dosa ringan ialah apa yang disebut sebagai dosa yang tidak mendatangkan maut.Dosa berat ialah dosa yang mendatangkan maut atau dengan kata lain menyebabkan hukuman api abadi atau neraka.

Kitab Suci sendiri mengatakan bahwa untuk dosa ringan, seseorang cukup untuk mengaku dan berdoa kepada Allah. Maka Allah yang murah hati akan mengampuninya.Namun Kitab Suci sendiri tidak mengatakan bahwa dosa berat juga bisa dimohonkan ampun dengan langsung berdoa kepada Allah.

Nah inilah salah satu teologi dosa yang perlu dipahami untuk memahami kebenaran Tradisi Pengakuan Dosa.

Selanjutnya bagaimana / apa yang harus dilakukan seseorang ketika melakukan dosa yang mendatangkan maut?

Yohanes 20:22-23Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."

Kalau memang semua dosa dapat diampuni secara langsung tanpa pelayanan manusia, untuk apa Yesus memberi kuasa ini kepada para RasulNya?
Ini semua menyangkut keputusan Allah. Dosa ringan, sesuai keputusan Allah dapat diampuni dengan doa langsung kepada Allah, dosa berat, sesuai keputusan Allah memerlukan pelayanan dari mereka yang diserahi otoritas pengampunan.

Rupanya kita melihat dengan jelas dari Kitab Suci, bahwa Yesus sendiri memberikan kuasa kepada para RasulNya untuk mengampuni dosa orang.
Dalam hal ini perlu digaris-bawahi bahwa tidak semua murid Yesus menerima kuasa ini, melainkan hanya mereka yang memiliki jabatan Rasul.
Hal ini dapat dengan jelas sekali lagi kita temukan teksnya dalam Kitab Suci, bahwa pelayanan ini diberikan atau dimiliki oleh para RasulI Kor 5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

Santo Paulus sendiri mengatakan kepada jemaat Kristen "mempercayakan pelayanan perdamaian itu kepada kami (golongan para Rasul, bukan semua orang Kristen)".

Tentunya hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa. Namun oleh kebijaksanaanNya yang tak terselami, Tuhan memberikan kuasa ini kepada manusia supaya mereka melaksanakan pelayanan ini atas namaNya.Dan manusia yang diserahi tugas pelayanan ini ialah mereka yang menduduki jabatan Apostolik. Merekalah yang diutus untuk berbicara atas nama Allah untuk meminta pertobatan orang kepada Allah.

I Kor 5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.

Dari surat Santo Paulus sudah dapat diindikasikan adanya peran khusus dari jabatan Apostolik yang pelayanannya hanya dapat dilakukan oleh mereka/ tidak dapat dilakukan semua orang Kristen. Otoritas khusus yang mereka miliki ini kemudian diteruskan kepada pengganti-penggati para Rasul (sesudah mereka meninggal). Sekarang kita mengenal para pengganti Rasul dengan sebutan Uskup, dan para pembantunya ialah Imam.

Fakta Historis sendiri membuktikan bahwa mereka yang menduduki jabatan hirarkhis (Uskup dan Imam) memang memiliki kuasa untuk melakukan beberapa pelayanan tertentu yang tidak dapat digantikan seorang Kristen biasa / yang jabatannya berbeda.

Doa Kemuliaan (versi Bahasa Inggris)

Doa Kemuliaan senantiasa menyadarkan kita, bahwa hanya satu lah Allah kita, yakni Allah Tritunggal Kudus.
Sudah pantas dan layaklah baginya kemuliaan....

Glory be to the Father, and to the Son, and to the Holy Spirit.
As it was in the beginning, is now, and ever shall be, world without end. Amen.

Doa Salam Maria (English Version)

Hail Mary, full of grace

The Lord is with thee

Blessed are thou amongst women

And blessed is the fruit of thy womb, Jesus


Holy Mary, Mother of God,

pray for us sinner,

now and at the hour of our death,

Amen

Doa Bapa Kami (English Version)

Our Father which art in heaven,
Hallowed be Thy NameThy Kingdom come,
Thy will be done on earth as it is in heaven

Give us this day our daily bread

And forgive us our trespasses,as we forgive those,
who trespass against us

And lead us not into temptation,
but deliver us from evil

(For Thine is the Kingdom, and the Power, and The Glory, Forever)

Amen.

Doa Yesus

Tiga huruf yang indah d-o-a. Maknanya amat mendalam karena menggulirkan berkat yang senantiasa mengagumkan. Doa merupakan ekspresi seorang yang beriman. Doa merupakan sarana manusia untuk berbincang-bincang dengan Tuhan sebagai sahabat yang mengerti apa yang diinginkan. Karena itu doa merupakan sarana dan jawaban atas undangan kasih Allah kepada manusia. Dalam kasih-Nya Allah telah memberikan diri sedemikian rupa sehingga manusia diberikan segala berkat dan rahmat dalam hidupnya. Bagi yang percaya akan menjawab “ya” melalui hidup doanya. Artinya mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita selama ini. Doa dalam hal ini merupakan jawaban terima kasih atas karunia yang Tuhan berikan kepada manusia. Ungkapan terima kasih ini diuraikan manusia dengan berbagai macam ungkapan baik melalui kata-kata yang keluar dari hati paling dalam atau juga melalui sikap tubuh yang mencerminkan keberadaan si pendoa saat itu entah kepasrahan, permohonan, keinginan tertentu melalui ungkapan bahasa sesuai bahasa si pendoa.Doa pun mengandung unsur syukur dan permohonan dalam hidup. Dalam Perjanjian Baru, doa adalah hubungan yang hidup anak-anak Allah dengan Bapanya yang tidak terhingga baiknya, bersama Putera-Nya Yesus Kristus dan dengan Roh Kudus. Rahmat Kerajaan Allah adalah “Persatuan seluruh Tritunggal Mahakudus dengan seluruh jiwa” (Gregorius Nazianze). Dengan demikian, kehidupan doa berarti bahwa kita selalu berada dalam hadirat Allah. Sementara menurut Perjanjian Lama doa berkaitan dengan janji Allah. Ketika Allah memanggil Abraham, ia segera berangkat, “Seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya” (Kej 12:14). Hatinya “sangat patuh terhadap sabda” : ia taat. Hati yang mendengarkan, yang memilih Tuhan, merupakan dasar dari setiap doa. Kata-kata melayani sikap mendengarkan. Doa Abraham, pada tempat pertama, dinyatakan dalam perbuatan: Ia adalah seorang pria yang suka diam, di segala tempat di mana ia singgah, ia membangun Altar Tuhan. Baru kemudian mengucapkan doanya dalam kata-kata. Doa itu merupakan suatu keluhan terselubung. Ia mengingatkan Allah akan janji-Nya, yang rasanya tidak dipenuhi. Langsung sejak awal kelihatan satu ciri khas doa manusia: ujian iman akan kesetiaan Allah.
TELADAN DOA :
Sebelum memulai karya-Nya, sesudah pembaptisan-Nya, Yesus mulai berdoa. Dalam doa-Nya ternyata Yesus mendapat godaan. Godaan itu berkaitan dengan kekuasaan/kesombongan manusia; kekayaan atau harta dan nafsu-nafsu jasmani (lih. Mat. 4:1-11). Ketiga godaan tersebut mencerminkan di satu sisi menggodai seseorang yang sedang berdoa yakni menghadapinya dengan serius; menyadari akan adanya godaan dan tidak menyetujui godaan tersebut sehingga Yesus luput dari segala akibatnya. Situasi yang Yesus alami merupakan cermin kehidupan doa kita dengan dua sisi : godaan dan kekuatan iman.Yesus Putera Allah telah belajar berdoa dalam hati manusiawi-Nya. Ia belajar dari ibu Maria. Yesus mempelajari doa dengan kata-kata dan bentuk-bentuk. Yesus memperlihatkannya dalam usia 12 tahun. Ia belajar berdoa dari keluarga Nazaret di mana Maria dan Yusuf mengajari-Nya berdoa dan bahkan Yesus mempunyai pengalaman yang begitu erat dengan doa kepada Bapa-Nya sehingga Maria dan Yusuf mencari-Nya ketika Ia berada di Bait Allah. Ketika mereka mencari-Nya, Yesus berkata : “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?” (Luk 2:9). Di sinilah bentuk doa yang baru dalam kepenuhan waktu mulai diharapkan Bapa dari anak-anak akhirnya dihayati oleh Putera Allah dalam kodrat manusiawi bersama manusia dan untuk manusia.Sering Yesus menyingkir, terutama di malam hari, di atas sebuah gunung dalam kesepian, ia berdoa. Dalam situasi itu, Yesus mencari peneguhan dan kekuatan untuk karya selanjutnya. Melalui doa-Nya Yesus ingin mengungkapkan suatu situasi di mana sabda dan karya-Nya menyatu dengan doa-doaNya. Karena itu dalam doa pertama Yesus mengakui dan memuji bapa karena IA menyimpan rahasia Kerajaan Allah bagi mereka yang menganggap diri bijaksana, tetapi menyatakan-Nya kepada orang kecil – yang miskin dalam sabda bahagia (Mt. 5:3). Di lain sisi, Yesus ingin memperjelas doa yang mengandung permohonan kita. “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku” (Yoh 11:42). Ungkapan ini secara jelas dinyatakan dalam Injil Yohanes tentang peristiwa Lazarus dibangkitkan Yesus.Yesus juga ingin mengajar kita bagaimana caranya berdoa. Karena itu Ia mengajar para murid Doa Bapa Kami (Luk 11:1-40) sebagai reaksi dari keinginan para murid. Doa Bapa Kami adalah doa yang sederhana dan mudah diingat dengan makna yang mendalam. Doa ini menggambarkan tentang Bapa yang sesungguhnya yang kita miliki. Ia tinggal di tempat yang paling tinggi, di surga, rumah masa depan kita. Melalui doa Bapa Kami kita pun belajar tentang Bapa. Jika kita mengenal Bapa sepenuhnya dalam dimensi seutuhnya, kita telah mengetahui segalanya. Maka kita pun akan mengenal kebenaran sejati. Mengenal Bapa berarti memperoleh kepastian bahwa Ia tidak menolak kita bahkan di saat segala hal kelihatannya menandakan penolakan, Allah tidak pernah menolak kita. Allah tidak mau mempermalukan kita.Dalam menghadapi saat-saat akhir yang kritis, Yesus kembali berdoa. Dalam situasi itu, Ia mengajar para murid untuk senantiasa berdoa, kata-Nya : “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Luk 22:40b). Pernyataan Yesus jelas bagi kita untuk berjaga senantiasa dalam menghadapi hidup terutama ketika hidup kita menjadi lebih sulit. Doa adalah kekuatan. Melalui peristiwa di Getsemani, Yesus mengajar kepada kita tentang apa arti ketaatan dalam menghadapi hidup. “Ya Bapa-Ku jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42).Ketaatan kepada Bapa bagi Yesus adalah segala-galanya. Ia rela disalib untuk penebusan manusia. Bahkan saat-saat terakhir di kayu salib Yesus masih berpesan beberapa hal yang menggambarkan bagaimana kehidupan doa berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari.Kepada seseorang yang berada di kanan salib-Nya Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan berada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43). Pernyataan ini menggambarkan kuasa doa Yesus dan pernyataan diri sebagai Putera Allah yang hidup, yang perduli kepada orang lain yang memerlukan bantuan.Dalam peristiwa salib Yesus masih menyatakan: “Ibu, inilah anakmu! ... Inilah ibumu! (Yoh19:26-27). Pernyataan ini ingin mengungkapkan bahwa melalui hidup doa, kita bersekutu satu sama lain, saling bahu membahu dan saling mengakui satu sama lain. (Dan sejak saat itu, Maria tinggal bersama para murid) Yoh 19:27b.Dalam doa Yesus juga mengalami kesulitan. Hal ini terungkap melalui kata-kata “Aku haus” (Yoh 19:28) atau “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku” (Mrk 15:34). Dalam hal ini Yesus ingin mengajar dan menyadarkan kita bahwa kita tidak mudah berdoa. Kesulitan demi kesulitan, hambatan demi hambatan akan menyertai hidup doa kita. Namun tidak usah gusar bila pada suatu hari kita pasrah seperti Yesus. “Selesailah sudah” (Yoh 19:32) dan atau “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46). Penyerahan dalam doa akan menghasilkan kekuatan baru, cara pandang kita yang baru tentang arti dan makna kehidupan. Karena itu marilah terus berdoa, agar kita mempunyai keteguhan dan kekuatan.Doa tidak hanya membukakan kita jalan menuju pertemuan dengan Tuhan, tetapi juga mempertemukan kita dengan sesama kita, membantu kita menjalin hubungan yang saling menghormati, saling mengerti, saling menghargai, dan saling mengasihi dengan semua orang. Doa adalah ikatan yang efektif untuk menyatukan kita. Selamat berdoa.
Dengarkan Kami, ya Tuhan!
Dalam nama Kristus, Tuhan kita, mari kita berdoa untuk Gereja Katolik, untuk gereja-gereja lain,untuk seluruh umat manusia. Dengarkan kami, ya tuhan!Mari kita berdoa bagi mereka yang disiksa atas nama keadilan dan bagi mereka yang berjuang demi kemerdekaan dan perdamaian; Dengarkan kami, ya Tuhan!Mari kita berdoa untuk mereka yang memangku jabatan dalam Gereja, untuk mereka yang memikul tanggung jawab tertentu dalam kehidupan bermasyarakat, Dan untuk mereka semua yang melayani orang kecil dan lemah; Dengarkan kami, ya Tuhan!Mari kita memohon keberanian untuk mempertahankan komitmen kita dalam mewujudkan persatuan seluruh umat Kristiani; Dengarkan kami, ya Tuhan!Tuhan Allah, kami percaya kepada-Mu.Semoga kami dapat bertindak dengan cara yang berkenan kepada-Mu. Semoga kami bisa menjadi pelayan setia kemuliaan-Mu.Amin.